Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaku pasar domestik mengambil napas sejenak. Setelah berkali-kali mengukir rekor baru, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin terkoreksi 1,57% menjadi 6.575,49.
Analis meyakini, indeks saham lokal hanya terkoreksi sehat dan masih bullish. Di tengah penurunan IHSG, investor bisa mencermati pergerakan saham emiten BUMN. Setidaknya, saham emiten pelat merah di sektor pertambangan dan konstruksi mulai melaju dan layak dikoleksi.
Di awal tahun ini, saham BUMN di kedua sektor itu menggeliat. Sejak awal tahun hingga kemarin atau year-to-date (ytd), harga ANTM memimpin pertumbuhan saham emiten BUMN dengan return sebesar 45,60%.
Posisi kedua hingga keempat masih didominasi saham berbasis komoditas. Adapun empat saham emiten konstruksi BUMN menduduki posisi 10 besar return terbaik.
Head of LOTS Services Lotus Andalan Sekuritas Krishna Dwi Setiawan menilai, kinerja sebagian besar saham BUMN tumbuh positif. Hal ini antara lain karena emiten BUMN menguasai pasar bisnis yang mereka geluti. Setelah holding terbentuk di sejumlah BUMN, penguasaan pasar tentu akan semakin besar.
Meski demikian, analis memperkirakan tidak semua saham emiten BUMN akan tumbuh agresif pada tahun ini. Kinerja saham TLKM, JSMR, INAF dan KAEF, misalnya, di awal tahun ini masih negatif.
Research Analyst Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hardy memprediksi, saham BUMN sektor pertambangan dan konstruksi akan prospektif di sepanjang tahun ini. Harga saham berbasis komoditas melaju dipengaruhi sentimen kebangkitan harga komoditas di pasar global.
Harga saham emiten BUMN di sektor pertambangan dan konstruksi memiliki potensi upside cukup besar. Di dua sektor ini, Robertus memilih PTBA, ANTM, TINS, WIKA dan PTPP.
Adapun Krishna memprediksi rata-rata harga saham emiten BUMN pertambangan dan konstruksi tumbuh di atas 20% pada 2018. “Sektor lainnya yang masih menjanjikan adalah perbankan, seperti BBNI, BMRI dan BBRI,” ujar Robertus.
Meski sepakat, Krisna melihat kinerja saham BUMN perbankan masih lebih rendah dibandingkan emiten BUMN pertambangan dan konstruksi. Ia memprediksi rata-rata kenaikan harga saham BUMN perbankan berkisar 10% di sepanjang tahun ini.
Melihat peta saham BUMN yang prospektif ini, Krishna menilai, investor tinggal menentukan pilihan. Jika ingin mencari saham dengan pertumbuhan stabil, investor dapat memilih saham perbankan. Namun apabila ingin potensi kenaikan harga cukup besar, bisa memilih saham konstruksi dan pertambangan.
Di sektor lain, Krishna menyebut kenaikan harga saham BUMN akan terbatas. Sektor farmasi, misalnya, meski ada sentimen positif holding, likuiditas saham sektor ini kurang menarik. Begitu pula beberapa saham lainnya seperti emiten semen, telekomunikasi, maupun infrastruktur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News