Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Test Test
JAKARTA. Laju harga batubara kembali tertahan. Merujuk indeks mingguan Newcastle, Jumat (5/3) lalu, harga batubara turun tipis 1,66% menjadi US$ 94,83 per ton. Pekan sebelumnya (26/2), harga batubara masih bertengger di posisi US$ 94,83 per ton.
Di pasar berjangka, harga kontrak batubara Newcastle untuk pengiriman Mei 2010 di Intercontinental Exchange (ICE Futures) pada Jumat lalu juga melorot 1,5% ke US$ 91,65 per ton. Sedangkan pekan sebelumnya masih sebesar US$ 93,05 per ton.
Ibrahim, analis Asia Kapitalindo Futures, melihat harga batubara berpeluang menanjak sampai akhir tahun ini. Investor bisa memanfaatkan penurunan harga untuk mengambil posisi beli. "Pada akhir kuartal satu ini, harga batubara bisa mencapai angka tertinggi di level US$ 100 per ton," katanya, kemarin.
Menurut Ibrahim, China yang menjadi salah satu konsumen batubara terbesar dunia menambah lagi stimulus program infrastrukturnya. Alhasil, ke depan bakal ada penambahan permintaan batubara dari China.
Akhir pekan lalu, China mengeluarkan rencana ekonomi 2010 dengan perkiraan produksi batubara lokal 3,15 miliar ton. Jumlah ini naik tipis dari tahun lalu sebanyak 3 miliar ton. "Prediksi angka ini cukup lumayan," kata analis UBS Hong Kong, Ghee Peh, seperti dikutip Reuters.
Dia menebak produksi batubara China sebesar 3,2 miliar ton. Tahun lalu, China mengimpor 126 juta ton batubara untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listrik. Tahun ini, kebutuhan batubara China diperkirakan naik 7%.
UBS mengerek perkiraan harga thermal coal untuk tahun fiskal Jepang dimulai 1 April, dari semula US$ 90 jadi US$ 95 per ton. "Ada permintaan tinggi dari China dan India, serta masalah pasokan dari Australia, Indonesia," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News