Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - TEHRAN. Menteri Perminyakan Iran, Bijan Zanganeh mengatakan pada Sabtu (16/3) bahwa Amerika Serikat (AS) bertanggung jawab atas harga minyak global saat iini yang telah menciptakan ketegangan pasar.
Presiden AS Donald Trump, menjadikan ekonomi AS sebagai salah satu alasan terhadap kondisi pasar minyak saat ini. Trump berulang kali berkomentar dalam akun Twitter-nya tentang harga minyak global dan Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC).
“AS telah banyak berbicara dan saya menyarankan mereka untuk berbicara lebih sedikit, mereka telah menyebabkan ketegangan di pasar minyak selama lebih dari satu tahun sampai sekarang dan mereka bertanggung jawab untuk itu, dan jika tren ini berlanjut, pasar akan lebih tegang,” kata Zanganeh seperti dikutip kantor berita Iran, SHANA.
Mengutip Bloomberg, Jumat (15/3), harga minyak jenis west texas intermediate (WTI) kontrak pengiriman April 2019 di New York Mercantile Exchange (NYMEX) berada di level US$ 58,52 per barel. Harga ini turun 0,15% dari level sebelumnya US$ 58,61 per barel.
Sementara minyak jenis brent untuk pengiriman Mei 2019 di ICE Futures turun 0,10% ke level US$ 67,17 per barel. Harga minyak brent tercatat berada di level US$ 67,23 per barel sehari sebelumnya.
Walau menurun secara harian, harga minyak brent masih menguat 23,66% sejak awal tahun. Sedangkan pada periode yang sama, harga minyak WTI menguat 27%.
Trump memberikan keringanan kepada delapan pembeli utama minyak Iran setelah AS menerapkan kembali sanksi terhadap sektor minyak Iran pada November, setelah menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran. "Kami tidak tahu apakah keringanan AS akan diperpanjang atau tidak, kami akan melakukan pekerjaan kami tetapi AS mengatakan sesuatu yang baru setiap hari," kata Zanganeh.
Zanganeh berbicara pada konferensi pers menjelang peresmian yang direncanakan pada Minggu (17/3) tentang empat fase pengembangan ladang gas di South Pars terbesar di dunia, oleh Presiden Hassan Rouhani.
Dia mengatakan Iran telah menginvestasikan US$ 11 miliar untuk menyelesaikan fase 13 dan 22-24 dari ladang raksasa. SHANA melaporkan, Iran akan mengoperasikan 27 fase pada bulan Maret mendatang.
Sebelumnya, Prancis dan China National Petroleum Corp (CNPC) menghentikan investasi di fase 11 South Pars tahun lalu setelah AS mengancam akan menjatuhkan sanksi pada perusahaan yang melakukan bisnis di Iran.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News