kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menjelang debat capres kelima, ini isu ekonomi yang mendesak diulas


Selasa, 09 April 2019 / 20:22 WIB
Menjelang debat capres kelima, ini isu ekonomi yang mendesak diulas


Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Debat calon presiden dan wakil presiden akan memasuki babak terakhir pada Sabtu (13/4) mendatang. Topik utama dalam debat tersebut adalah Ekonomi, Kesejahteraan Sosial, Keuangan dan Investasi, serta Perdagangan dan Industri.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah berharap, debat capres nanti dapat mengangkat isu ekonomi Indonesia secara menyeluruh serta fokus pada solusi.

"Selama ini isu ekonomi dibahas secara parsial dan hanya fokus pada masalah. Masalahnya pun bukan masalah utama, tambah lagi tidak ada grand strategy untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi tersebut," kata Piter, Selasa (9/4).

Dalam membahas persoalan ekonomi, Piter menilai, capres petahana cenderung sibuk dengan capaian-capaiannya di pemerintahan periode 2014-2019. Sementara, capres lainnya juga sibuk melempar kritik tanpa menyajikan solusi yang konkret terhadap masalah yang dikritisi.

Dari empat gelaran debat sebelumnya, Piter belum menemukan adanya pembahasan yang komprehensif dan tepat sasaran terkait isu ekonomi. Di sektor keuangan, Piter memandang, debat capres setidaknya mengangkat dua masalah utama.

Pertama, masalah tren tingginya suku bunga saat ini yang berdampak pada high-cost economy. Kedua, soal lemahnya struktur ekonomi Indonesia. Hal ini terkait juga dengan rentannya kondisi nilai tukar rupiah akibat kondisi defisit neraca transaksi berjalan (current eccount deficit/CAD) yang melebar.

"Isu CAD tidak pernah tuntas kita bahas, di mana persisnya masalahnya. Selama ini kita hanya sibuk menambal defisit. Kita harap debat capres bisa memunculkan apa masalahnya dan solusinya," lanjut Piter.

Selain itu, Direktur Eksekutif Core Indonesia Mohammad Faisal menambahkan, debat capres terakhir nanti juga mesti menyinggung agenda industri manufaktur dari masing-masing calon.

Sebab, Faisal menilai, revitalisasi industri manufaktur menjadi kunci utama yang mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun-tahun mendatang. Industri manufaktur juga sangat penting untuk memperbaiki struktur ekonomi Indonesia yang masih bergantung pada sektor komoditas alam selama ini.

"Tanpa revitalisasi industri manufaktur, Indonesia akan terjebak pada pertumbuhan ekonomi 5% dan mustahil keluar dari status negara berpendapatan menengah. Untuk jadi negara maju, kita perlu memacu ekonomi tumbuh setidaknya hingga 7%," tandas Faisal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×