Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Markus Sumartomjon
KONTAN.CO.ID - Beberapa emiten melakukan aksi tender offer dengan tingkat harga yang beragam. Seperti PT Majapahit Inti Corpora Tbk (AKSI), PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU), dan PT Lamicitra Nusantara Tbk (LAMI) yang segera melakukan tender offer dalam waktu dekat.
Ambil contoh PT Batulicin Enam Sembilan, sebagai pemilik baru dari AKSI telah mengakuisisi 96,34% saham perusahaan. Batulicin juga membeli sisa saham yang masih beredar di publik sebesar 3,66%. Setara dengan 26,37 juta saham.
Batulicin menawarkan harga pembelian Rp 100 per saham. Harga ini lebih tinggi dari rata-rata harga saham AKSI selama setahun terakhir, sebelum sahamnya disuspensi pada 31 Mei 2013 di level Rp 81,63.
Sementara, LAMI juga bermaksud melakukan tender offer dengan alasan ingin menjadi perusahaan tertutup (go private) . Tender offer sukarela ini untuk menjalankan aksi delisting. Perusahaan properti ini melakukan delisting lantaran tidak mampu memenuhi syarat minimum kepemilikan saham publik sebesar 7,5%.
Pemegang saham mayoritas LAMI, PT Laksana Citranusantara akan membeli sisa saham LAMI sebanyak 7,11% yang masih beredar di publik. Laksana Citranusa menawarkan harga tender offer Rp 814 per saham.
Selain itu, PT Sinarindo Ekamulya, pemilik 84,74% saham BRAU juga akan membeli 15,62% saham beredar di publik. Atau setara dengan 5,32 miliar saham. Harga penawaran tender itu Rp 82, sama dengan harga saham terakhir BRAU sebelum disuspensi BEI.
Riska Afriani analis OSO Sekuritas menyatakan bila melihat penawaran BRAU pada harga Rp 82, dinilai masih kurang menarik. "Karena tender offer itu ditawarkan dibawah harga pasaran dia," kata Riska kepada KONTAN, Selasa (22/8).
Pasalnya, investor nanti akan membeli dalam jumlah yang besar. Untuk itu, perlu ada diskon harga saham dan jangan menggunakan harga terakhir. "Karena dengan harga tersebut juga berisiko bagi investor yang melakukan tender offer. Karena bila turun dan otomatis mengalami kerugian," imbuhnya.
Berbeda halnya dengan membeli diharga diskon. Ketika nanti BRAU selesai suspend dan turun, maka kerugian tidak terlalu besar. Jadi ada kekhawatiran investor terhadap saham tersebut setelah suspend dibuka. Dia menilai, harga Rp 82 tersebut kurang menarik. Kalau bisa dibawah harga penawaran tersebut lantaran itu penawaran tender.
Berbeda dengan buy back saham. Perusahaan yang menawarkan dan ingin menjadi go private misalnya, bisa menawarkan saham dengan harga yang lebih tinggi.
Sedangkan untuk AKSI justru harga yang ditawarkan lebih tinggi. Sama halnya dengan BRAU, hanya saja yang membedakan yakni tender offer ini adalah apakah akan ada stand by buyer atau tidak. "Bisa saja tender offer ini hanya mekanisme saja," lanjutnya.
Bila tender offer tersebut sudah memiliki stand by buyer maka memiliki penilian yang berbeda. "Kalau penawaran tender perlu lihat kepentingan orang tersebut. kalau ini untuk kepemilikan saya rasa ini masih menarik untuk tender offer," tambahnya.
Namun, untuk investasi jangka panjang, harga tersebut masih terlalu mahal. Pasalnya, melihat secara historis kinerja keterbukaan perusahaan yang jarang. Selain itu, perusahaan juga tidak termasuk perusahaan likuid.
"BRAU dan AKSI ini suspend agak lama. Kenapa mereka tidak melaporkan ke bursa? Kita juga harus pertimbangkan jangka waktu suspend dia," tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News