kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Menilik Efek Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I-2022 Terhadap Prospek Reksadana


Senin, 04 April 2022 / 12:43 WIB
Menilik Efek Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I-2022 Terhadap Prospek Reksadana
ILUSTRASI. Reksadana.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perekonomian pada kuartal 1-2022 melaju cukup baik, yang tercermin dari rilis data penerimaan negara sepanjang 2022 yang tampak menawan. Hal tersebut mengindikasikan laju pemulihan ekonomi dalam negeri yang semakin nyata. 

Tercatat penerimaan negara tumbuh sebesar 37,7% secara tahunan menjadi Rp 302.4 triliun pada Februari 2022. Pajak merupakan penyumbang terbesar penerimaan negara yakni sebesar Rp 256,2 triliun atau 85% dari total penerimaan negara. 

Sementara, penerimaan selain dari pajak atau lebih dikenal dengan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar 46,2 triliun atau 15% dari total penerimaan negara. Jika dilihat dari sumber, yang bersumber dari pajak sendiri mencapai Rp199,4 triliun, lalu dari kepabeanan dan cukai sebesar Rp56,7 triliun. 

“Hal tersebut menunjukkan bahwa pajak memegang peranan penting terhadap pembangunan ekonomi dalam negeri. Hal ini tak lepas dari peran aktif masyarakat dan tentunya dukungan pemerintah melalui program-programnya seperti PPN dalam negeri, PPN impor, PPh badan dan PPh penghasilan yang menopang perputaran aktivitas ekonomi,” tulis Infovesta Utama dalam risetnya pada Senin (4/4). 

Baca Juga: IHSG Menguat, Reksadana Saham Berkinerja Paling Apik Sepekan Terakhir

Tak hanya itu, Indeks Manufaktur (PMI) mengalami kenaikan meskipun tipis saja yakni menjadi 51,3 dari 51,2 pada bulan sebelumnya. Hal tersebut menandakan sektor manufaktur masih berada di zona ekspansif dan mengindikasikan penyerapan tenaga kerja akan lebih tinggi karena adanya kebutuhan produksi yang meningkat.

Di sisi lain, di samping kenaikan PPN 11%, harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax juga akan dinaikkan mulai 1 April 2022. Kenaikan tersebut sebesar Rp 3.500 per liter menjadi Rp 12.500 per liter. 

Untung saja pajak karbon ditunda pemberlakuannya hingga Juli. Meski ditunda, tetap saja implementasi pajak karbon akan terjadi di tahun ini. Sampai-sampai tahun 2022 ini disebut-sebut sebagai tahun kebangkitan inflasi yang juga menandakan pulihnya ekonomi. 

Infovesta Utama melihat, penyesuaian harga BBM  bisa saja membawa inflasi terus mengalami peningkatan. Bukan tidak mungkin inflasi yang melesat membuat bank sentral melakukan percepatan normalisasi moneter. 

Apalagi The Fed sudah menaikkan suku bunganya sebesar 25 bps beberapa pekan lalu dan berencana menaikkan suku bunga lebih agresif lagi sebesar 50 bps. 

Jika dicerna lagi, saat ini BI cenderung lebih banyak mempertimbangkan kondisi inflasi dalam negeri, ketimbang mengikuti momentum kapan dan seberapa cepat The Fed menaikkan suku bunga.

Dengan perkembangan kondisi ekonomi tersebut, Infovesta Utama menyebut kinerja reksadana pendapatan tetap diperkirakan masih akan terkoreksi. Sejalan dengan volatilitas pasar utang yang masih cukup tinggi sebagai respon percepatan kenaikan suku bunga The Fed dan inflasi dalam negeri yang bergerak lebih cepat. 

“Namun di sisi lain, pertumbuhan ekonomi juga menjadi sentimen positif yang mendorong pertumbuhan investasi saham,” tutup Infovesta Utama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×