Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Transaksi perdagangan saham sepanjang bulan suci Ramadan cenderung sepi. Sepanjang Juli 2013, rata-rata volume perdagangan transaksi di bursa berkisar Rp 5 triliun-Rp 6 triliun per hari.
Padahal di bulan biasanya, rata-rata transaksi di bursa bisa mencapai Rp 8 triliun-Rp 9 triliun per hari. Analis Trust Securities Reza Priyambada menilai, penurunan transaksi merupakan siklus tahunan.
Sebab, kata dia, pola pikir pelaku pasar di bulan puasa adalah apriori, bahwa IHSG akan sepi transaksi.
Walaupun transaksi IHSG turun di bulan Ramadan, namun kata Reza, besarannya masih terbilang stabil di kisaran Rp 5 triliun-Rp 6 triliun. Selain terkait dengan puasa, Reza menilai ada sentimen lokal maupun global yang tidak 100% kondusif.
Diantara sentimen itu adalah; kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve dan juga rilis perlambatan ekonomi China. Di dalam negeri sendiri, adanya tekanan jual oleh pemodal asing yang turut menambah deretan sentimen negatif atas penurunan transaksi IHSG.
"Ada kecenderungan historis transaksi bulan puasa sedikit turun, dan pelaku pasar menilai bulan puasa akan transaksi sepi. Akhirnya malas untuk masuk bursa. Terlepas dari berbagai sentimen yang ada di luar sana," kata Reza, Jumat (19/7).
Selain itu, Reza menilai ada juga pengaruh dari data-data ekonomi Indonesia yang belum jua ada yang positif. Ditambah lagi, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat yang cenderung melemah.
Kondisi ini yang membuat pasar belum nyaman para pelaku pasar melakukan transaksi. Sementara itu, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Ito Warsito mengungkapkan, sepinya transaksi bulan Juli karena turunnya transaksi yang dilakukan investor di negara 4 musim yang kini menikmati liburan musim panas.
Karena itu, kata Ito, pelaku pasar asing menurunkan volume transaksinya. Sumber lainnya menurut Ito adalah, sepinya perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) di bulan Juli. "Jadi sepinya transaksi bukan karena Ramadan," kata Ito beberapa waktu lalu.
Hal berbeda terjadi pada pasar obligasi, yang tidak mencatat sepi transaksi di bulan suci Ramadan. "Lainnya seperti obligasi yang ada terus, tidak terpengaruh puasa. Karena itu bisa dibilang (sepi transaksi), faktornya bukan hanya karena puasa dan Ramadan," tegas Ito.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News