kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengukur tegangan bisnis listrik PTBA


Selasa, 20 Desember 2016 / 07:51 WIB
 Mengukur tegangan bisnis listrik PTBA


Reporter: Emir Yanwardhana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menjadi salah satu emiten yang rajin mengikuti tender-tender ketenagalistrikan. Tak hanya di dalam negeri, perusahaan tambang milik negara ini juga berburu proyek listrik hingga kawasan regional Asia Tenggara.

Tahun depan, PTBA membidik tiga proyek pembangkit listrik di Myanmar dan berencana menempatkan modal di salah satu perusahaan BUMN kelistrikan Vietnam. Selain meningkatkan pendapatan dari kelistrikan, langkah ini juga diambil untuk meningkatkan volume penjualan batubara PTBA.

PTBA menargetkan bisa mengelola 5.000 megawatt (MW) listrik di 2023. Saat ini PTBA mengelola pembangkit listrik 2x100 MW di Banjarsari. Ada tiga proyek lagi yang sedang berjalan, yakni PLTU 2x620 MW Bangko Tengah Sumatra Selatan 8, proyek PLTU 600-1.200 MW Peranap, dan Sumsel 9 & 10 yang berkapasitas 3x600 MW.

PTBA menyediakan dana US$ 720 juta untuk beberapa proyek, dengan total kapasitas 600 MW.

Analis Minna Padi Investama Christian Saortua mengatakan, dalam jangka pendek, banyaknya proyek infrastruktur kelistrikan yang dijalankan PTBA tentu bisa menggerus kinerja perusahaan ini. Belum lagi terlihat pembiayaan berasal dari utang dan memakan biaya investasi yang besar.

Alhasil, kinerja bisa terhambat beban bunga yang besar. "Belum lagi proyek infrastruktur kelistrikan berbuahnya lama," katanya kepada Kontan Senin (19/12).

Jika proyek-proyek ini berhasil, imbasnya sangat baik bagi PTBA dalam jangka panjang. Selain mendapat bagian pendapatan dari proyek-proyek kelistrikan, pembelian batubara dari PTBA juga akan meningkat, karena menjadi bagian dari konsorsium proyek pembangkit.

Christian menilai, dampak kenaikan harga batubara juga akan terasa ke penjualan batubara domestik, walaupun sedang terjadi koreksi harga di beberapa waktu terakhir. "Kalau kontrak batubara domestik kan ditinjau tiap bulan, jadi koreksi sesaat tidak akan berpengaruh besar ke harga lokal," jelas dia.

Analis NH Korindo Raphon Prima mengatakan, harga komoditas telah kembali ke level puncak seperti pada tahun 2012. Hingga Desember ini, harga batubara sudah menyentuh US$ 120 per ton.

Untungnya, kontribusi penjualan di dalam negeri bagi pendapatan PTBA cukup besar, sehingga risiko saat harga batubara global turun di 2015 tidak berpengaruh signifikan bagi PTBA.

"Hingga saat ini kontribusi penjualan dari dalam negeri sekitar 62%, ini akan menjaga pendapatan PTBA saat kondisi ekonomi global sedang tidak menentu," tulis Raphon dalam risetnya.

Raphon merekomendasikan buy PTBA dengan target harga Rp 16.525 per saham. Christian juga merekomendasikan beli saham PTBA dengan target Rp 12.500.

Analis BCA Sekuritas Aditya Eka Prakasa juga menilai kinerja PTBA bisa tumbuh sejalan dengan kenaikan harga jual batubara dan permintaan yang semakin bertambah tahun depan.

Selesainya jalur dua arah milik PT KAI dari Tanjung Enim ke Prabumulih juga berdampak positif, karena membuat distribusi batubara bisa semakin besar. Aditya merekomendasikan buy saham PTBA dengan target harga Rp 13.250 per saham.

Senin (19/12), saham PTBA melemah 1,6% ke level Rp 12.300 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×