kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Mengukur bisnis e-money TLKM Payment


Kamis, 22 Oktober 2015 / 07:39 WIB
Mengukur bisnis e-money TLKM Payment


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) semakin gencar menggenjot lini bisnis berbasis digital. Salah satunya, layanan uang elektronik (e-money) bertajuk T Cash Tap yang iklannya belakangan ini sering muncul di televisi.

Layanan ini merupakan layanan uang elektronik anak usaha TLKM, Telkomsel. T Cash Tap terpisah dengan pulsa, karena dengan layanan ini, pelanggan memiliki wallet yang bisa menyimpan uang dan menggunakannya untuk semua transaksi.

TCASH bisa digunakan oleh semua pelanggan Telkomsel, baik pascabayar ataupun prabayar. Cukup mendekatkan sticker TCASH yang telah ditempelkan ke gadget pengguna ke scanner di kasir, maka transaksi berjalan tanpa harus repot mengeluarkan uang dari dompet.

Sejatinya, Telkomsel meluncurkan T-Cash sejak 2006 silam. Dari 149 juta pelanggan Telkomsel, pengguna T-Cash sekitar 20 juta. "Dengan T-Cash Tap diharapkan 20 juta itu lebih aktif lagi," kata Ririek Adriansyah, Direktur Utama Telkomsel.

Para operator telepon memang sedang gencar mengembangkan layanan digital. Meski kontribusi terhadap pendapatan konsolidasi belum besar, pendapatan transaksi pembayaran online alias e-payment TLKM semester I tahun ini tercatat Rp 316 miliar, melompat 2,5 kali lipat dibanding periode yang sama tahun lalu, Rp 127 miliar.

Analis menilai, layanan ini bisa memberikan kontribusi positif terhadap fundamental perusahaan. Milka Mutiara, analis Phillip Securities menjelaskan kepada KONTAN, di jangka pendek, sumbangan pendapatan layanan tersebut perlu dipantau lagi.

"Ini salah satu strategi perseroan mempertahankan pangsa pasar," kata Milka, Rabu (21/10).

TLKM masih menjadi pemimpin pasar, dengan menguasai pangsa 42%. Sementara, PT Indosat Tbk (ISAT) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) masing-masing 19% dan 15%. Pengembangan lini usaha baru butuh belanja modal dan belanja operasional lebih besar, misalnya untuk penambahan dan perawatan menara BTS.

Milka menilai, ini bukan menjadi masalah bagi TLKM. Emiten pelat merah tersebut memiliki ketersediaan kas lebih besar, seiring pemasukan yang lebih tinggi ketimbang dua pemain lain. Kelebihan dana ini bisa dimanfaatkan sebagai sumber investasi.

Andaikan masih butuh dana eksternal untuk modal, TLKM memiliki ruang cukup luas untuk mencari pinjaman. Milka menghitung, rasio utang terhadap ekuitas atau debt to equity ratio (DER) TLKM hanya 0,87 kali. Berbeda dengan DER ISAT dan EXCL yang lebih tinggi.

Rasio utang ISAT 3,31 kali dan EXCL 3,71 kali. "Indosat dan XL lebih banyak menarik pinjaman ketimbang TLKM. Apalagi, utang mereka kebanyakan dalam dollar AS, ditambah kondisi rupiah yang kemarin memburuk," jelas Milka.

Namun, pengembangan layanan digital bukan berarti netral dari dampak lain. Margin laba bersih TLKM bisa tergerus.

Teuku Hendry Andrean, analis Buana Capital, dalam riset 1 Oktober lalu, bilang, perluasan jaringan data digital business TLKM membuat biaya operasional dan perawatan meningkat. Dari total pemasukan kotor TLKM pada semester I-2015, sekitar 29% untuk pengeluaran operasional dan pemeliharaan.

Padahal, porsi periode yang sama tahun sebelumnya baru 25%. "Kami memperkirakan, agresifnya TLKM mengembangkan digital business akan membuat margin EBITDA TLKM turun ke 49% pada 2015 dari sebelumnya 51% pada 2014," ujar Hendry.

Ia menghitung, margin laba bersih TLKM tahun ini 14,4%, turun ketimbang 16,3% tahun lalu. Dia meramal, margin laba bersih TLKM akan naik menjadi 15% di 2015. Adrianus Bias Prasuryo, analis Ciptadana Sekuritas, dalam riset menyebut, strategi tarif data yang kompetitif membuat TLKM mampu memperkuat penetrasi pasar.

Tarif data TLKM sekitar Rp 48 per megabyte (MB). Hanya saja, harga saham TLKM sudah terlalu premium dan agak sulit untuk bergerak lagi. Milka dan Hendry memberikan rekomendasi buy saham TLKM. Adapun target harga Milka sebesar Rp 3.150.

Hendry merevisi target harga menjadi Rp 2.975. Adrianus memberikan rekomendasi hold di harga Rp 3.100.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×