Reporter: Albertus M. Prestianta, Harris Hadinata | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) per awal Desember resmi menurunkan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) 0,5%. Ini berlaku di setiap lini kredit yaitu ritel, korporasi, konsumer, kredit pemilikan rumah (KPR) dan non KPR.
SBDK Bank Mandiri per 30 November 2011, untuk kredit korporasi 10,5%, ritel 12,5%, KPR 11,25%, non-KPR 12,5%. Manajemen BMRI mengungkapkan, langkah ini tidak akan membuat sisi profitabilitas turun. Soalnya, bank telah menurunkan terlebih dahulu biaya yang mencakup harga pokok, overhead, risk premium dan profit margin.
Zulkifli Zaini, Direktur Utama Bank Mandiri pernah bilang, penurunan SBDK tak akan mempengaruhi bunga simpanan. BMRI akan fokus ke simpanan berbunga rendah demi menekan biaya dana. Akhir kuartal III-2011, porsi dana murah di BMRI adalah 60,9%.
Penurunan SBDK merupakan kelanjutan upaya Bank Indonesia (BI) menekan margin pendapatan atau net interest margin (NIM) bank. Kepada KONTAN, kemarin (6/12), Joseph Pangaribuan, Analis Samuel Sekuritas Indonesia, berpendapat, penurunan bunga kredit tak serta merta menggerus NIM. Bank bisa saja mempertahankan NIM dengan menurunkan biaya simpanan.
Joseph menyebut, ada sisi positif bagi bank dari penurunan NIM, yaitu meningkatnya likuiditas. Jadi, Bank Mandiri bisa meningkatkan kredit dan memperbaiki loan to deposit ratio yang masih di bawah ketentuan BI sebesar 78%.
Joseph menilai, Bank Mandiri masih leluasa untuk memperbesar keran penyaluran kredit karena rasio memiliki kecukupan modal yang solid. Awal tahun ini, BMRI telah menggelar rights issue.
Per akhir September, CAR Bank Mandiri 16%. Dengan NIM saat ini yang dinilai Joseph cukup rendah, yakni 5,2%, Bank Mandiri mampu bertahan meski ada kebijakan penurunan NIM.
Non bunga
Pinjaman korporasi masih menjadi motor penggerak utama bagi BMRI. Kontribusinya 46% dari total kredit.
A G Pahlevi, analis Andalan Artha Advisindo Securities melihat, besarnya porsi pinjaman korporasi sangat menguntungkan BMRI. "Sektor korporasi merupakan penggerak ekonomi negara," kata dia. Kontribusi segmen ini pada Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 42%.
Permintaan kredit korporasi akan terus meningkat sejalan dengan PDB negara yang terus tumbuh. Menurut Pahlevi, ini bisa menjadi katalis positif bagi pertumbuhan BMRI.
Sedang fee based income BMRI bakal terangkat saat penyatuan jaringan ATM miliknya dengan jaringan milik PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tuntas. Menurut Chistopher Kelvin, analis Danareksa Sekuritas, baik BMRI maupun BBCA memiliki basis nasabah yang besar.
Dalam hitungan kasar Christopher, integrasi ATM dengan BBCA, akan melejitkan fee based income Bank Mandiri menjadi 25%, dari semula 20%.
Ketiga analis memberi rekomendasi beli untuk BMRI. Joseph dan Kelvin memasang target harga masing-masing Rp 8.500 dan Rp 8.750 per saham. Sedang target harga versi Pahlevi Rp 9.300 per saham dengan PBV tahun 2012 sebesar 3 kali.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News