kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meneropong Prospek Pasar Saham dan Obligasi Pasca Tekanan Kenaikan Suku Bunga The Fed


Selasa, 17 Mei 2022 / 14:24 WIB
Meneropong Prospek Pasar Saham dan Obligasi Pasca Tekanan Kenaikan Suku Bunga The Fed
ILUSTRASI. Pekerja memotret layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/pras.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam sepekan terakhir, kinerja IHSG turun 8,73% setelah ditutup di level 6.542,13 pada Jumat (13/5). Infovesta Utama menilai, penurunan terjadi dari berbagai faktor.

Pertama, rilis data inflasi AS mencapai 8,3% (yoy) yang membuat ekspektasi the Fed akan tetap agresif menaikkan suku bunga serta rencana kenaikan suku bunga BI bulan ini. 

Adapun dampak potensi kenaikan suku bunga the Fed yang agresif juga turut melemahkan mata uang Rupiah sebesar 0,77% sepekan terakhir ke level Rp 14.610 per dollar AS. 

Kedua, IHSG memang sudah mencapai level tertinggi sepanjang tahun 2022 sehingga investor memanfaatkan momentum ini untuk melakukan aksi take profit. 

Meskipun begitu, IHSG diperkirakan hanya mengalami pelemahan sesaat karena masih didorong rilis fundamental ekonomi yang baik, rilis pembagian dividen dan rilis kinerja emiten per kuartal I-2022.

Baca Juga: IHSG Rontok, Hanya Reksadana Pasar Uang yang Berkinerja Positif di Pekan Lalu

“Sehingga, kami menyarankan investor sebaiknya mencermati pergerakan pasar dengan melakukan aksi buy on weakness terhadap saham bluechip atau wait & see sambil terus memantau perkembangan isu dan sentimen yang berlanjut di pasar,” tulis Infovesta Utama dalam riset mingguannya yang dirilis Selasa (17/5).

Di saat yang bersamaan, tak hanya pasar saham, nyatanya pasar obligasi juga mengalami tekanan akibat sentimen kenaikan suku bunga the Fed. Selain itu, masih tingginya tekanan inflasi serta naiknya US yield treasury menjadi sentimen negatif bagi pasar obligasi Indonesia. 

Pelemahan harga obligasi diperkirakan akan terus berlanjut setidaknya hingga akhir semester I-2022. Oleh karena itu, Infovesta Utama menyarankan sebaiknya para pelaku pasar untuk sementara menghindari investasi pada instrumen ini sampai yield memasuki entry point yang atraktif menyentuh 7%.

Seiring dengan tertekannya pasar saham maupun pasar obligasi, kinerja reksadana saham dan reksadana pendapatan tetap masih menunjukkan kecenderungan menurun. Infovesta Utama menilai, tekanan tersebut akan terus berlanjut hingga kuartal II tahun 2022. 

“Di tengah kondisi pelemahan ini, para pelaku pasar dapat mengalihkan investasinya ke reksadana pasar uang yang lebih stabil di tengah fluktuasi pasar akibat isu kenaikan suku bunga,” tutup Infovesta Utama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×