Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini sepertinya bukan menjadi tahun keberuntungan bagi komoditas minyak mentah. Bahkan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) kontrak bulan Mei di Amerika Serikat (AS) anjlok hingga minus US$37 per barel pada 22 April 2020 silam. Harga minyak merangkak naik setelah itu dan berada di kisaran US$ 33,32 per barel untuk kontrak Juni 2020, per Selasa (19/5).
Meski demikian, beberapa emiten telah membuka opsi revisi target kinerja untuk tahun ini. Pasalnya, kisaran harga minyak saat ini masih lebih rendah ketimbang akhir 2019 lalu. Sebut saja PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) yang memangkas target produksi dan belanja modal untuk tahun berjalan 2020.
Baca Juga: Harga minyak mulai membaik, saham migas ini patut dicermati
Pun begitu dengan entitas anak usaha PT Pertamina (Persero), yakni PT Elnusa Tbk (ELSA). Head of Corporate Communication Elnusa Wahyu Irfan mengatakan bahwa emiten pelat merah ini tengah mengkaji opsi revisi target pertumbuhan pendapatan dan belanja modal.
Sebagai gambaran, emiten konstituen Indeks Kompas100 ini menargetkan mengempit pendapatan sebesar Rp 9 triliun pada tahun ini. Sebelumnya, ELSA juga pernah mengumumkan akan menyediakan capex senilai Rp 1,4 triliun untuk berbagai keperluan bisnis di tahun ini.
Meski demikian, di tengah pandemi Covid-19 saat ini, Wahyu menegaskan kegiatan operasional masih berjalan normal. “Hingga saat ini kegiatan operasional masih cukup berjalan lancar, walau perlu penyesuaian teknis untuk meminimalisasi covid-19 dan penundaan beberapa pekerjaan,” tutur Wahyu kepada Kontan.co.id, Jumat (8/5).
Baca Juga: Harga minyak masih rendah, ini dampaknya ke kinerja Medco Energi (MEDC)
Presiden Direktur CSA Institute Aria Santoso menilai, keputusan beberapa emiten migas untuk merevisi target bisnis tahun ini dilakukan setelah melihat adanya perlambatan pertumbuhan kegiatan bisnis selama penanganan wabah Covid-19. Saat ini, menjelang menggeliatnya kembali kegiatan bisnis untuk menjadi normal setelah pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tentu merupakan sentimen yang positif bagi emiten migas.
“Walaupun demikian kinerja di kuartal II-2020 berpotensi terjadi pelemahan karena menjadi puncak dari low season di industri migas tahun ini,” terang Aria kepada Kontan.co.id, Selasa (19/5).
Sisi baiknya, Aria menilai kemungkinan besar emiten migas akan mengejar pertumbuhan kinerja di semester kedua tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News