kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Menelisik reksadana pendapatan tetap baru MI asing


Rabu, 08 Mei 2013 / 12:42 WIB
Menelisik reksadana pendapatan tetap baru MI asing
ILUSTRASI. Bikin Pie Stroberi ternyata tidak sesulit yang dibayangkan! (dok/Dapur Kobe)


Reporter: Aceng Nursalim, Harris Hadinata | Editor: Imanuel Alexander

Jakarta. Pertumbuhan pasar modal Indonesia rupanya benar-benar menggoda bagi pihak asing. Bukan hanya investor yang tergiur menanamkan dananya di Indonesia. Perusahaan pasar modal mancanegara pun semakin getol menjalankan bisnisnya di dalam negeri.

Ambil contoh di industri reksadana. Dalam kurun waktu satu tahun terakhir, ada dua perusahaan manajemen aset asing baru yang beroperasi di Indonesia. Yang pertama adalah PT Eastspring Investment Indonesia. Ini adalah perusahaan pengelola aset anggota Prudential Corporation Asia. Perusahaan ini mengantongi izin dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, yang sudah berganti nama menjadi Otoritas Jasa Keuangan, sejak 25 April 2012.

Lalu, pada Juli tahun lalu, Ashmore Investment Management, perusahaan investasi asal Inggris, mengambil alih saham Buana Megah Abadi, yang merupakan hasil pemisahan kegiatan usaha manajer investasi milik PT Evergreen Capital.

Di Indonesia, Ashmore berpatungan dengan PT Adikarsa Persada Nusantara yang dikomandani Eddy Sariaatmadja. Ashmore kemudian mengubah nama Buana Megah menjadi PT Ashmore Asset Management Indonesia.

Asal tahu saja, menurut data OJK, 16 perusahaan manajer investasi asing yang beroperasi di Indonesia saat ini menguasai sekitar 59% dana kelolaan industri reksadana. Berdasarkan statistik pasar modal Indonesia, per 19 April silam, total dana kelolaan reksadana di Indonesia mencapai Rp 194,58 triliun.

Menerbitkan reksadana pendapatan tetap

Ekspansi para manajer investasi asing ini di Indonesia juga cukup gencar. Salah satunya dengan menerbitkan produk baru. Selain Ashmore dan Eastspring, PT BNP Paribas Investment Partners juga ikut meluncurkan produk reksadana baru. Ketiganya meluncurkan reksadana pendapatan tetap.

Para manajer investasi asing ini optimistis, produk mereka bakal laris di Indonesia. Alasannya, kondisi fundamental ekonomi Indonesia kondusif bagi investor yang ingin melakukan investasi jangka panjang.

Selain itu, potensi imbal hasil dari instrumen investasi pendapatan tetap, seperti obligasi, masih cukup menggiurkan. Instrumen Surat Utang Negara (SUN) diprediksi masih mampu memberikan imbal hasil di atas suku bunga acuan, yakni sekitar 7%–7,5% tahun ini.

Investor asing juga masih doyan menempatkan dananya di surat utang dalam negeri. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, hingga 30 April, posisi kepemilikan asing di SUN sudah mencapai sekitar Rp 298,72 triliun. Dalam waktu sekitar empat bulan, kepemilikan asing di SUN mengalami kenaikan 10,42%.

Lalu, bagaimana prospek reksadana anyar dari para manajer investasi asing tersebut? Yuk, kita telaah produk reksadana tersebut satu-persatu.

Eastspring Investments IDR High Grade

Reksadana anyar dari Eastspring ini sudah mendapat pernyataan efektif dari OJK di awal tahun ini. Produk ini merupakan produk reksadana kedua dari perusahaan yang terafiliasi dengan Prudential Life Assurance ini.

Saat ini, investor yang berminat menanamkan dana di reksadana pendapatan tetap ala Eastspring ini baru bisa membeli ke Eastspring langsung. Perusahaan manajemen aset ini sejatinya sudah menunjuk dua bank sebagai agen penjual reksadana mereka, satu bank lokal dan satu lagi bank asing.

Hanya saja, bank yang akan menjadi mitra distribusi tersebut masih dalam proses mendapatkan izin dari Bank Indonesia (BI) untuk mengedarkan reksadana tersebut. Lantaran masih dalam proses mendapatkan izin, manajemen Eastspring masih ogah membuka identitas bank yang bakal menawarkan reksadana anyarnya.

Riki Frindos, Presiden Direktur sekaligus Co-Chief Investment Officer Eastspring Investments Indonesia, memastikan proses perizinan tersebut sudah memasuki tahap final. “Kami akan menjual reksadana ini ke publik secepatnya,” ucap Riki.

Lalu, bagaimana jeroan reksadana Eastspring Investments IDR HighGrade ini? Eastspring akan menempatkan dana kelolaan yang terkumpul di instrumen obligasi dan pasar uang.

Perinciannya, sekitar 80%–100% dana akan ditempatkan di instrumen obligasi, baik obligasi pemerintah maupun korporasi. Riki masih enggan membuka detil komposisi antara obligasi pemerintah dan korporasi. Yang jelas, ia memastikan obligasi yang akan mengisi portofolio reksadana ini adalah obligasi yang masuk investment grade.

Sementara, porsi instrumen pasar uang di reksadana ini maksimal 20%. “Produk ini akan sangat menarik untuk dikoleksi, karena ada perkawinan portofolio obligasi dan pasar uang,” ujar Riki berpromosi.

Investor yang ingin membiakkan duit di reksadana ini tidak perlu merogoh kocek dalam-dalam. Eastspring hanya mematok modal penyertaan awal minimal sebesar Rp 100.000 untuk Eastspring Investments IDR HighGrade. Selain itu, perusahaan manajemen aset ini menetapkan biaya pembelian sebesar 1% per transaksi.

Sayang, Riki masih belum bersedia mengungkapkan target imbal hasil yang diincar reksadana pendapatan tetap besutannya ini. “Minimal bisa memberikan return di atas benchmark,” sebut dia.
Analis Infovesta Vilia Wati meramal, reksadana berbasis obligasi tahun ini berpotensi memberikan imbal hasil sekitar 5%–7%. Sementara, instrumen investasi berbasis pasar uang, imbal hasilnya tahun ini hanya sekitar 4%–6%.

Riki juga menutup rapat target dana kelolaan yang dikejar.Ia beralasan, saat ini Eastspring masih fokus memperkuat dan memperluas jaringan kerjasama pemasaran. Selain itu, perusahaan manajemen aset ini masih akan mengeluarkan beberapa produk reksadana lagi dalam waktu dekat. Sekadar gambaran, hingga akhir Maret lalu total dana kelolaan reksadana IDR High Grade ini mencapai Rp 29,70 miliar.

Sekadar informasi, sebelum ini Eastspring juga sudah mengeluarkan reksadana saham yang bernama Eastspring Investments Alpha Navigator. Eastspring mencatat, selama enam bulan pertama sejak diluncurkan, reksadana ini sudah memberikan imbal hasil sebesar 23,03%. Di periode yang sama, IHSG tumbuh 15,92%.

Hingga akhir April lalu, total dana kelolaan Eastspring tercatat berkisar Rp 35 triliun. Angka dana kelolaan ini termasuk kontribusi dari unitlink dari Prudential.

Ashmore Dana Obligasi

Ashmore Asset Management Indonesia menelurkan reksadana Ashmore Dana Obligasi. Manajemen Ashmore menuturkan reksadana ini didesain bagi investor ritel. “Ashmore membidik investor ritel untuk memasarkan reksadananya di Indonesia,” kata Arief Cahyadi Wana, Direktur Ashmore Asset Management Indonesia.

Menurut Presiden Direktur PT Ashmore Asset Management Indonesia Roni Gandahusada, Ashmore meluncurkan produk ini guna melengkapi portofolio produk reksadana Ashmore. Sebelum ini, Ashmore sudah menerbitkan dua reksadana saham, yakni Ashmore Dana Ekuitas Nusantara dan Ashmore Dana Progresif Nusantara. “Dengan reksadana pendapatan tetap ini, kami dapat memberikan pilihan investasi dari produk-produk dasar reksadana,” kata Roni.

Investor yang ingin membiakkan duitnya di reksadana pendapatan tetap besutan Ashmore ini harus menyetor modal awal minimal sebesar Rp 5 juta. Setelahnya, bila investor ingin menambah dana, setoran minimalnya Rp 500.000.

Roni menuturkan, reksadana ini menjadikan indeks obligasi Himdasun sebagai acuan atawa benchmark. Ia tidak menjelaskan detail berapa besar target imbal hasil yang dipatok dari reksadana ini. “Diharapkan imbal hasilnya lebih tinggi daripada bond index yang menjadi benchmark,” sebut dia. Roni sendiri optimistis Ashmore Dana Obligasi bisa mencetak return lebih tinggi dari acuan, didukung fundamental Indonesia yang masih kuat.

Untuk mencapai imbal hasil tersebut, Ashmore akan menempatkan seluruh dana kelolaan reksadana ini pada instrumen obligasi, baik obligasi pemerintah maupun korporasi. Ashmore mematok obligasi korporasi yang bisa masuk dalam portofolio reksadana adalah obligasi dengan peringkat minimal BBB.

Sama seperti Eastspring, lantaran masih merupakan perusahaan baru, saat ini Ashmore masih memasarkan sendiri produk reksadananya. Tapi, Roni memastikan dalam waktu dekat perusahaan manajemen aset asal Inggris ini bakal menambah jaringan distribusinya, termasuk melalui perbankan. Dengan demikian, Ashmore berharap bisa lebih mudah menjangkau investor ritel.

Karena keterbatasan jaringan pemasaran ini juga, saat ini nasabah Ashmore sebagian besar masih merupakan nasabah korporasi. “Reksadana pendapatan tetap ini baru saja diluncurkan sekitar dua minggu lalu, saat ini investornya masih institusi,” sebut Roni. Manajemen Ashmore berharap, setelah jaringan distribusi yang lebih luas terbentuk, porsi investor ritel bisa jadi lebih besar.

Ashmore juga belum memasang target dana kelolaan untuk reksadana pendapatan tetap anyarnya ini. Roni menuturkan, Ashmore saat ini masih fokus memasarkan produk yang ada. “Dikarenakan perusahaan kami baru mulai beroperasi, kami tidak menargetkan dana kelolaan untuk jangka pendek,” terang dia.

Sekadar informasi, dua produk reksadana saham Ashmore bisa meraup dana kelolaan Rp 575,77 miliar dalam waktu tiga bulan setelah rilis. Per akhir April, total asset under management (AUM) Ashmore tercatat sebesar Rp 850 miliar.

Reksadana BNP Paribas Dollar Plus

Kalau Eastspring dan Ashmore memilih menerbitkan produk baru dalam denominasi rupiah, BNP Paribas Investment Partners justru menerbitkan reksadana berdenominasi dollar Amerika Serikat (AS). Produk reksadana pendapatan tetap yang dirilis pada 18 Maret 2013 lalu ini diberi nama Reksadana BNP Paribas Dollar Plus.

Direktur Utama BNP Paribas Vivian Secakusuma menuturkan, reksadana ini bertujuan memberikan tingkat pengembalian yang potensial dalam mata uang dollar Amerika Serikat kepada pemegang unit pernyertaan. “Underlying asset produk reksadana ini adalah surat utang dollar atau obligasi dollar,” ujar Vivian.

Nantinya, BNP Paribas bukan hanya mengisi portofolio reksadananya dengan obligasi yang diterbitkan perusahaan lokal. Reksadana ini juga bisa membeli obligasi yang diterbitkan perusahaan asing. Syaratnya, obligasi tersebut masuk dalam kategori layak investasi (investment grade) di Indonesia.

Karena aset dasar reksadana ini dalam denominasi dollar, tentu saja penyertaan modal investor juga harus dalam dollar AS. BNP Paribas mematok penyertaan modal minimum sebesar US$ 1.000 di awal. Selanjutnya, bila investor ingin menambah jumlah investasinya, BNP Paribas tidak lagi mematok nilai setoran minimum.

Perusahaan manajemen aset ini menggunakan suku bunga deposito dollar AS sebagai benchmark. Vivian menargetkan imbal hasil reksadana BNP Paribas Dollar Plus bisa melebihi bunga deposito dollar tadi.


BNP Paribas mencatat, sat ini deposito dollar AS rata-rata memberikan imbal hasil sebesar 0,75% per tahun. “Reksadana ini minimal memberikan return lebih dari time deposit dollar,” cetus Vivian. Ia juga berpromosi produk ini cocok bagi investor yang ingin berinvestasi jangka pendek, yakni sekitar 1 tahun-2 tahun.

Saat ini BNP Paribas masih memasarkan sendiri reksadana dengan aset dasar obligasi dollar AS ini. Vivian menuturkan, BNP Paribas sebenarnya sudah menunjuk bank agen penjual. Tapi bank-bank yang ditunjuk masih dalam proses mendapat izin dari BI untuk mendistribusikan reksadana anyar ini.

Melalui reksadana pendapatan tetap baru ini, BNP Paribas menargetkan mampu meraup dana kelolaan sebesar US$ 15 juta hingga akhir tahun. Per akhir Maret lalu, total dana kelolaan BNP Paribas Dollar Plus sudah mencapai US$ 3,5 juta.

Analis Infovesta Vilia menyebutkan, kinerja reksadana pendapatan tetap berdenominasi dollar AS selama ini cukup bagus. Ia menghitung, sepanjang tahun ini reksadana yang menggunakan aset dasar obligasi berdenominasi dollar AS masih bisa memberikan hasil 5%.

Anda pilih reksadana pendapatan tetap yang mana?

***Sumber : KONTAN MINGGUAN 32 - XVII, 2013 Reksadana

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×