kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mencari saham yang kecil-kecil cabai rawit


Rabu, 16 Januari 2013 / 17:19 WIB
Mencari saham yang kecil-kecil cabai rawit
ILUSTRASI. Petani memanen kelapa sawit di Bogor, Jawa Barat,


Reporter: Harris Hadinata, Teddy Gumilar | Editor: Imanuel Alexander

JAKARTA.Tahun 2012 mungkin bukan tergolong tahun yang baik bagi para pelaku dan petinggi pasar saham Indonesia. Sentimen negatif dari global menekan habis-habisan pasar saham Indonesia tahun lalu.

Selain itu, penambahan jumlah emiten baru di bursa juga kalah banyak ketimbang di 2011. Lihat saja, berdasarkan statistik pasar modal yang disusun Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), regulator pasar modal tersebut memberikan pernyataan efektif bagi 24 perusahaan untuk menggelar initial public offering (IPO) di 2011.

Sementara di 2012, Bapepam-LK hanya memberi pernyataan efektif IPO pada 20 perusahaan. Memang, tahun lalu ada beberapa perusahaan yang terpaksa mengurungkan niat menggelar penawaran saham perdana. Ambil contoh Semen Baturaja. Perusahaan pelat merah ini gagal melepas sahamnya ke publik tahun lalu lantaran tidak memperoleh izin dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Selain itu banyak juga perusahaan yang urung jadi emiten lantaran melihat kondisi pasar saham yang tidak kondusif. Tambah lagi, emiten-emiten baru pendatang bursa tahun lalu rupanya tidak memberikan dampak signifi kan pada perdagangan saham di BEI.

Pasalnya, kebanyakan emiten baru tersebut tergolong emiten berkapitalisasi pasar kecil. "Selain itu, beberapa emiten baru di bursa berasal dari sektor yang selama ini kurang mencorong di bursa, seperti TAXI," sebut Reza Nugraha, analis MNC Securities. TAXI adalah kode saham untuk PT Express Transindo Utama Tbk, pengelola taksi Express.

Harga naik tinggi

Meski begitu, ada sejumlah emiten pendatang baru di bursa yang ternyata sanggup mencatatkan prestasi, baik dari pertumbuhan usaha maupun dari kenaikan harga saham. Bahkan, ada yang bisa membukukan kenaikan harga saham hingga lebih dari 100% dibandingkan dengan harga saham perdana.

Salah satunya adalah saham PT Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST). Pada penutupan perdagangan Rabu lalu, harga saham perusahaan yang berbisnis penyewaan menara telekomunikasi ini Rp 5.200 per saham. Padahal, ketika IPO saham ini cuma dilego Rp 1.000 per saham. Artinya, sejak IPO akhir Agustus silam, harga saham emiten ini sudah menanjak sekitar 420%. Dahsyat, kan?

Tapi, tidak semua saham emiten anyar yang mampu menghasilkan cuan besar tahun lalu bakal mencetak kinerja sama tahun ini. Analis memperkirakan, saham IBST tidak akan meroket tajam lagi tahun ini. Apalagi, harga sahamnya sendiri kini cenderung stabil di atas Rp 5.000 per saham setelah menyentuh level tertingginya di Rp 5.500 per saham (11/9).

Ada beberapa saham emiten pendatang baru di bursa yang masih bisa boleh dilirik. Apa saja saham-saham tersebut? Simak uraian analis yang dirangkum KONTAN berikut ini.

BEST

PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk termasuk emiten yang mencetak kenaikan saham dahsyat tahun lalu. Harga perdana saham ini saat IPO April lalu ada di level Rp 170 per saham.

Pada penutupan perdagangan Kamis pekan lalu, harga saham ini sudah Rp 690 per saham. Jadi, kalau Anda memegang saham ini sejak penawaran perdana dan menjualnya di harga penutupan Rabu lalu, Anda sudah mencetak keuntungan sekitar 311,76%.

Kenaikan harga saham perusahaan pengelola kawasan industri di Bekasi ini bukan lantaran sahamnya digoreng, lo. "Kenaikan harga saham BEST sudah sesuai dengan fundamentalnya, saham BEST memang bullish," kata Triwira Tjandra, analis Ciptadana Securities.

Memang, biasanya valuasi saham properti dihitung berdasarkan nilai aset bersih atawa net asset value (NAV) perusahaan tersebut. Salah satu aset perusahaan pengelola kawasan industri adalah tanah. Sementara, harga tanah di kawasan industri naik tajam selama duatiga tahun terakhir akibat tingginya permintaan.

Kenaikan harga tanah kawasan industri di Indonesia memang terhitung dahsyat. Triwira mencatat, rata-rata harga tanah kawasan industri di 2010 cuma sekitar US$ 50 per meter persegi (m2). Di 2012, harga tersebut sudah naik jadi sekitar US$ 200 m2. "Karena harga awalnya rendah, lalu naik tinggi sekali, NAV perusahaan juga naik tajam," papar Triwira.

Memang, tahun ini pertumbuhan harga tanah diprediksi tidak akan setinggi tahun-tahun sebelumnya. Meski begitu, permintaan tanah di kawasan industri akan tetap besar. "Foreign direct investments masih akan terus mengalir ke Indonesia," cetus Triwira. Karena itu, saham BEST tetap menarik untuk dikoleksi.

Keunggulan lain Bekasi Fajar, emiten ini merupakan perusahaan pengelola kawasan industri dengan land bank terbesar, yakni sekitar 766 hektare per September lalu. Dengan demikian, anak usaha Argo Manunggal ini masih bisa mencetak margin tinggi dari penjualan tanah lantaran tidak ada pengeluaran untuk biaya akuisisi.

Bekasi Fajar juga diuntungkan langkah Argo Manunggal melego 10% saham BEST ke Daiwa House Industry Co Ltd. Perusahaan asal Jepang tersebut bakal menjadi partner strategis yang bisa menarik investor untuk membangun pabrik di kawasan milik Bekasi Fajar.

Triwira menghitung Bekasi Fajar bisa meraup pendapatan Rp 1,41 triliun tahun ini, dengan laba bersih Rp 811 miliar. Berdasarkan kinerja Bekasi Fajar yang positif, ia memberi rekomendasi beli untuk BEST.

Triwira menetapkan target harga BEST untuk 2013 di level Rp 870 per saham. PER emiten ini tahun ini sekitar 10,3 kali. Ini masih sesuai dengan rata-rata PER sektoral di sekitar 10 kali.

MSKY

Saham PT MNC Sky Vision Tbk (MSKY) mulai beredar di pasar saham pada 9 Juli 2012. Harga perdana saham perusahaan penyedia layanan televisi berbayar Indovision ini adalah Rp 1.520 per saham. Rabu lalu, harga saham emiten ini sudah mencapai Rp 2.400, atau naik sekitar 57,89%.

Saham anak usaha Grup MNC ini memang tergolong digemari pasar. Maklumlah, likuiditasnya juga cukup encer. Porsi saham publik di pasar mencapai 23,93%. Tambah lagi, fundamental emiten ini cukup menarik. Per November 2012, MNC Sky sudah berhasil mengumpulkan pendapatan Rp 2,15 triliun.

Artinya, hanya tinggal sedikit lagi hingga target pendapatan perseroan ini di 2012 tercapai , yakni sebesar Rp 2,3 triliun. Jumlah pelanggan aktif Indovision saat ini mencapai 1,67 juta orang. Tahun ini manajemen MNC Sky pasang target bisa meraup pendapatan Rp 3,7 triliun, dengan target pelanggan baru sebanyak 600.000 orang. Dengan target tersebut, perseroan ini berharap bisa mengumpulkan laba bersih Rp 270 miliar.

Tapi, analis BNI Securities Viviet S. Putri menilai langkah MNC Sky di 2013 tidak bakal mudah. Persaingan antara sesama penyedia televisi berbayar bakal kian ketat. "Penyedia televisi berbayar lain juga menawarkan paket yang nyaris serupa dengan yang ditawarkan oleh MSKY," kata Viviet.

Jangan lupa, salah satu keunggulan Indovision selama ini adalah penyedia televisi berbayar ini memegang hak siar berbagai pertandingan sepakbola papan atas. Tapi, kini sebagian hak siar tersebut telah berpindah ke pihak lain.

Liga Champions Eropa, misalnya, kini ditayangkan oleh SCTV, stasiun televisi yang dikelola PT Surya Citra Media Tbk (SCMA). Sementara hak siar Piala Dunia 2014 di Brasil sudah digenggam oleh PT Visi Media Asia Tbk (VIVA). Praktis saat ini Grup MNC tinggal memegang hak siar Barclays Premiere League.

Memang, saat ini MNC Sky masih menguasai sekitar 70% pangsa pasar televisi berbayar di Indonesia. Tapi Viviet mengingatkan, pelanggan televisi berbayar saat ini tidak begitu loyal. "Sama seperti dengan pelanggan telepon seluler yang mudah berganti provider selama ada yang lebih baik dan lebih murah," ujarnya.

Berdasarkan hal tersebut, Viviet hanya memasang target harga MSKY di 2013 sebesar Rp 2.500 per saham dengan rekomendasi tahan. Alasannya, potensi kenaikan harga saham ini sudah terbatas.

ESSA

PT Surya Esa Perkasa Tbk melepas sahamnya ke pasar untuk pertama kali di harga Rp 610 per saham. Sampai Rabu lalu, harganya sudah naik sekitar 391,80% menjadi Rp 3.000 per saham. "Harga sekarang sudah sesuai dengan fundamentalnya.

Valuasi harga ketika IPO memang sangat murah," kata Arief Budiman, Kepala Riset Sucorinvest Central Gani. Emiten yang sahamnya dilego di pasar dengan kode ESSA ini memang memiliki fundamental yang cukup oke. Arief menuturkan, Surya Esa mendapat keuntungan dari program konversi minyak tanah ke elpiji. "Kebijakan ini akan mendorong permintaan LPG dari 1 juta ton di 2008 menjadi 4,5 juta ton di 2016," papar dia.

Selain itu, Surya Esa juga berencana masuk ke bisnis amoniak. Perusahaan migas ini bakal membangun pabrik amoniak di Banggai, Sulawesi Tengah. Targetnya, pabrik sudah mulai bisa berproduksi di kuartal tiga 2015 mendatang. Nantinya, sekitar 70% amoniak hasil produksi pabrik ini bakal dijual sebagai bahan baku untuk pupuk. Sementara sisanya akan digunakan untuk memproduksi bahan peledak tambang.

Meski perusahaan menargetkan produksi sudah bisa berjalan di akhir 2015, Arief memprediksi produksi amoniak Surya Esa baru bisa dimulai di 2016. Meski begitu, kontribusi produksi amoniak ini terhadap total penjualan akan sangat besar.

Dalam hitungan Arief, total penjualan Surya Esa di 2016 bisa mencapai US$ 270 juta dengan EBITDA US$ 120 juta. Untuk 2013 ini, Arief memprediksi Surya Esa bisa membukukan pendapatan sebesar US$ 48 juta dengan laba bersih sekitar US$ 17,9 juta. Berdasarkan proyeksi tersebut, Arief merekomendasikan beli untuk ESSA. Ia memasang target harga Rp 3.800 per saham. Tapi Arief memasang catatan, target harga saham ini berpeluang kembali naik. "Rencana perseroan masuk bisnis amoniak bisa mendorong valuasi harganya kembali naik," sebutnya.

WSKT

PT Waskita Karya Tbk merupakan satu-satunya perusahaan pelat merah yang masuk bursa tahun lalu. Kinerja saham emiten ini juga cukup baik. Di hari pertama perdagangan Desember lalu, harga saham berkode WSKT ini naik dari harga perdana Rp 380 per saham menjadi Rp 455, atau naik 19,74%.

Sampai akhir 2012, harga saham ini sempat naik sekitar 44,73% menjadi Rp 550 per saham. Sayangnya harga saham ini kemudian melandai. Kamis (10/1) lalu, saham WSKT dilego seharga Rp 440 per saham. Analis MNC Securities Reza Nugraha menyebut, ada beberapa hal yang menyokong pergerakan saham Waskita. Pertama, harga saham perusahaan konstruksi ini memang relatif murah ketimbang perusahaan sejenis di bursa.

Di harga Rp 430 per saham, price to earning ratio (PER) Waskita cuma 14,3 kali. Sementara, PER ADHI dan WIKA sudah di atas 20 kali. Sudah begitu, nilai nominal per saham Waskita yang masih di angka ratusan rupiah juga lebih terjangkau bagi investor ritel.

Kedua, sektor infrastruktur yang digeluti Waskita tengah booming. Apalagi, sektor ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah. "Status mereka juga BUMN, sehingga peluang mendapat proyek dari pemerintah lebih besar," kata Reza. Asal tahu saja, sekitar 40% pendapatan Waskita berasal dari proyek APBN, 20% dari APBD, 20% proyek sesama BUMN. Sisanya adalah proyek swasta.

Reza memprediksikan, saham WSKT masih berpotensi bullish sepanjang Januari tahun ini, ditopang oleh January effect. Setelah itu, kecuali ada sentimen positif yang kuat, saham ini kemungkinan akan bergerak mendatar sepanjang semester satu.

Pergerakan saham WSKT tersebut mengikuti tren fundamental perusahaan konstruksi yang mengandalkan pendapatan dari pemerintah. Biasanya, kinerja perusahaan konstruksi pelat merah di paruh pertama tiap tahun cuma menyumbang 20%–30% dari total pendapatan setahun penuh. Kinerja perusahaan konstruksi baru meroket di semester kedua, lantaran pemerintah biasanya baru rajin mengucurkan dana untuk proyek di paruh kedua tiap tahun.

Di 2012, analis memprediksi Waskita bisa meraup pendapatan dan laba bersih masing-masing Rp 9,1 triliun dan Rp 250 miliar. Ini didapat dari perolehan kontrak sekitar Rp 17 triliun. Sebesar Rp 5 triliun di antaranya merupakan kontrak carry over dari tahun sebelumnya.

Tahun ini manajemen Waskita mematok target bisa memperoleh pendapatan Rp 11,5 triliun dan laba bersih Rp 360 miliar. Target ini akan dicapai lewat kontrak baru Rp 14 triliun dan carry over Rp 8 triliun.

Reza percaya Waskita bisa mencapai target tersebut, terutama bila melihat kemampuan pendanaan perseroan ini. Ia mencatat saat ini posisi kas Waskita sekitar Rp 425 miliar.

Tambah lagi, pasca IPO debt to equity ratio (DER) perseroan ini mengempis dari 7,71 kali menjadi 2 kali, sehingga potensi mendapatkan pendanaan dari pihak ketiga lebih terbuka. Reza mematok target harga WSKT Rp 520, yang mencerminkan PER 19 kali. Ia memberi rekomendasi beli untuk WSKT lantaran proyeksi valuasi ratarata emiten sejenis di 2013 lebih mahal, bisa di atas 25 kali.

Selamat berburu saham!


***Sumber : KONTAN MINGGUAN 16 - XVII, 2012 Saham

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×