Reporter: Harris Hadinata, Dessy Rosalina | Editor: Imanuel Alexander
Tiga emiten di bursa saham, yakni PT Ace Hardware Tbk, PT Indosiar Karya Media Tbk, dan PT Kalbe Farma Tbk, menggelar pemecahan saham atawa stock split. Salah satu tujuannya untuk meningkatkan likuiditas. Berhasilkah?
Jika Anda kebetulan sudah lama tidak memperhatikan pergerakan saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dan PT Indosiar Karya Media Tbk (IDKM), jangan kaget melihat harganya anjlok. Harga saham kedua emiten itu menyusut bukan lantaran tertekan aksi jual. Harga saham kedua emiten tersebut mengecil sebagai akibat dari aksi pemecahan saham alias stock split.
Indosiar melakukan stock split dengan rasio 1:5. Dengan demikian, nilai nominal saham Indosiar akan susut dari Rp 250 per saham jadi Rp 50. Manajemen perusahaan media ini melalui keterbukaan informasi pada Bursa Efek Indonesia mengungkapkan, stock split perlu dilakukan untuk meningkatkan aktivitas perdagangan saham di bursa.
Kalbe Farma juga memecah satu sahamnya menjadi lima saham. Dengan demikian, nilai nominal saham emiten ini berubah dari Rp 50 per saham menjadi Rp 10 per saham.
Saham hasil stock split IDKM mulai diperdagangkan pada 3 Oktober lalu. Harga saham IDKM yang sehari sebelumnya masih ditutup di level Rp 5.600 per saham, di penutupan perdagangan tanggal 3 Oktober sudah dihargai Rp 1.120 per saham.
Sementara saham hasil stock split KLBF mulai diperdagangkan di bursa pada 8 Oktober. Saham KLBF, yang pada 4 Oktober masih ditutup di Rp 4.700 per saham, pada 8 Oktober akhirnya ditutup di harga Rp 950 per saham.
Selain Indosiar dan Kalbe Farma, PT Ace Hardware Tbk juga mengumumkan niatnya menggelar stock split. Dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang digelar awal Oktober lalu, peritel alat-alat rumahtangga ini sepakat melakukan pemecahan saham dengan rasio 1:10.
Melalui keterbukaan kepada BEI, Sekretaris Perusahaan Ace Hardware Helen Tanzil mengungkapkan, Ace melakoni aksi korporasi ini agar saham yang berkode ACES ini dapat lebih terjangkau oleh investor, terutama investor ritel. Sekadar info, saat ini sekitar 77% saham ACES di pasar dikuasai oleh investor asing.
Rencananya, ACES mulai memperdagangkan saham stock split pada November nanti. Bila mengacu pada harga penutupan ACES Rabu lalu (17/10) di level Rp 6.650 per saham, artinya saham stock split ACES akan diperdagangkan di kisaran harga Rp 665 per saham.
Tidak berhubungan dengan kinerja
Aksi stock split ini memang bisa menguntungkan investor. Aksi korporasi yang satu ini bakal membuat saham emiten yang beredar di pasar lebih banyak, sehingga memudahkan pelaku pasar mengoleksi saham tersebut. Selain itu, lantaran harga sahamnya dipecah, otomatis harga saham jadi lebih murah. Investor yang modalnya tidak terlalu besar pun bisa ikut membeli saham tersebut.
Tapi, meski pemecahan saham bisa membuat saham emiten tersebut jadi lebih mudah diperoleh dan harganyalebih murah, belum tentu saham tersebut tetap layak dikoleksi. Jangan lupa, pemecahan saham tidak ada hubungannya dengan fundamental atau kinerja emiten tersebut.
Lantas, apakah saham-saham emiten yang menggelar stock split di paruh kedua tahun ini bisa dikoleksi? Agar lebih jelas, simak komentar para analis atas saham-saham tersebut.
IDKM
Setelah sahamnya diakuisisi oleh PT Elang Mahkota Teknologi Tbk, kinerja Indosiar sebenarnya semakin kinclong. Per Juni 2012 lalu, perusahaan televisi ini berhasil meraup pendapatan sebesar Rp 518,2 miliar. Realisasi tersebut sekitar 33,52% lebih tinggi dari pendapatan di periode yang sama tahun lalu, yakni sebesar Rp 388,1 miliar.
Selain itu, sepanjang semester satu 2012 lalu, Indosiar berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 150,7 miliar. Di periode yang sama tahun 2011, perusahaan televisi yang sempat ngetop dengan program Akademi Fantasi Indosiar ini masih mencetak rugi bersih Rp 15,2 miliar.
Kenaikan laba bersih ini antara lain didukung oleh hasil penjualan sejumlah aset tetap, seperti tanah dan bangunan. Indosiar berhasil membukukan laba penjualan aset tetap Rp 2,41 miliar. Dus, Indosiar membukukan pos pendapatan operasi lain di semester satu 2012 sebesar Rp 5,22 miliar. Tahun lalu, pos yang sama hanya mencetak Rp 2,44 miliar.
Indosiar juga sukses mengurangi beban operasional secara drastis. Di semester satu 2011, beban operasional perseroan ini mencapai Rp 5,09 miliar. Namun, di paruh pertama tahun ini, beban operasional turun jadi Rp 136,83 juta.
Dengan kinerja yang kinclong tersebut, manajemen Indosiar berharap aksi pemecahan saham bakal memikat investor membeli saham perseroan ini. “Setelah stock split diperkirakan likuiditas perdagangan saham juga akan meningkat,” sebut Halim Lie, Direktur Utama Indosiar, kepada KONTAN beberapa waktu lalu.
Setelah stock split, volume perdagangan saham IDKM memang naik pesat. Dalam lima hari perdagangan sebelum stock split, rata-rata volume perdagangan IDKM cuma 996.900 saham per hari. Sedang, dalam lima hari perdagangan setelah stock split, volume transaksi naik menjadi rata-rata 2,97 juta saham per hari.
Meski begitu, analis menilai, volume perdagangan saham ini masih terbilang kecil. “Efek stock split tidak terlalu terasa, volume perdagangannya masih kecil,” kata Wilson Sofan, analis Reliance Securities.
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada menyebutkan, volume perdagangan IDKM kalah jauh dibandingkan dengan volume perdagangan saham sejenis, yakni saham PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN). Volume perdagangan perusahaan pemilik RCTI dan Global TV itu rata-rata mencapai 10 juta saham per hari.
Meski begitu, Reza menilai bila melihat faktor fundamental investor masih boleh membeli saham ini. Tentu saja, investor harus siap memegang saham ini untuk jangka panjang.
Adi Putra, analis Deutsche Bank, juga memberi rekomendasi beli untuk saham IDKM. Ia mematok target harga saham ini sebesar Rp 1.200 per saham. Rabu lalu, saham IDKM masih dilego Rp 930 per saham.
KLBF
Setelah menggelar stock split, perdagangan saham KLBF memang tampak lebih bergairah. Selama lima hari perdagangan sebelum Kalbe Farma memecah sahamnya, volume perdagangan saham farmasi ini hanya berkisar 63,28 juta saham atau sekitar 126.564 lot. Jadi dalam sehari, saham KLBF yang diperdagangkan rata-rata sebanyak 12,66 juta saham.
Bandingkan dengan volume perdagangan selama lima hari setelah stock split. Total volume perdagangan selama lima hari tersebut mencapai 183,16 juta saham atau rata-rata 36,63 juta saham per hari. Jadi, volume perdagangan rata-rata KLBF naik sekitar dua kali lebih setelah pemecahan saham.
Analis menilai wajar saham KLBF jadi semakin diburu setelah aksi korporasi tadi. Maklum, fundamental perusahaan farmasi ini terbilang sangat oke. “KLBF menjadi emiten farmasi yang paling likuid dan paling menarik secara fundamental,” tandas Adolf Sutrisno, analis AAA Securities.
Adolf menilai, investor bisa mengoleksi saham farmasi ini. Ia memberi rekomendasi beli bagi KLBF, dengan target harga Rp 1.100 per saham.
Rabu lalu, harga KLBF masih sebesar Rp 990 per saham. Menurut analisis Adolf, Kalbe Farma masih bisa membukukan kinerja moncer di tahun-tahun mendatang. Ada beberapa faktor yang berpotensi mendorong kinerja perseroan ini semakin bersinar.
Pertama, Kalbe melakukan ekspansi di pasar pabrik obat generik dan obat kanker. Untuk mendukung ekspansi tersebut, perseroan ini mendirikan pabrik obat generik dan obat kanker yang berlokasi di Cikarang dan Pulogadung.
Nah, Adolf memprediksi, permintaan obat generik bakal meningkat pesat pasca pemberlakuan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) di 2014 mendatang. Dengan pendirian pabrik obat generik baru tadi, Kalbe Farma bakal lebih siap bersaing di pasar obat generik.
Dalam hitungan Adolf, kontribusi obat generik pada total pendapatan Kalbe saat ini masih sekitar 8%–10% dari total pendapatan. Di 2014 nanti, kontribusi tersebut berpeluang bertambah hingga 15%–20% dari seluruh total pendapatan.
Kedua, Kalbe melakukan rebranding produk minuman kesehatan andalannya, dari awalnya bernama Fatigon Hydro diganti jadi Hydro Coco. Strategi ini cukup sukses mendorong penjualan perseroan ini.
Di semester satu lalu, penjualan divisi produk kesehatan Kalbe, termasuk di antaranya penjualan Hydro Coco, mencapai Rp 932 miliar. Realisasi tersebut lebih besar sekitar 7,7% ketimbang pendapatan divisi produk kesehatan di periode yang sama tahun sebelumnya.
Ketiga, Kalbe mengakuisisi 100% saham PT Hale International, perusahaan yang memproduksi minuman Original Love Juice & Pomegranate. Kalbe juga membentuk joint venture dengan PT Milko Beverage Industry. Perusahaan patungan bernama PT Kalbe Milko Indonesia nantinya akan fokus di bidang produksi minuman cair bernutrisi.
Meski begitu, Adolf menilai fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) masih bakal menjadi ancaman pada pertumbuhan kinerja Kalbe Farma. Sebab, sekitar 80% ongkos produksi atawa cost of goods sold (COGS) Kalbe dipakai untuk membeli bahan baku impor.
Tapi, Adolf menilai sepanjang nilai tukar rupiah masih di bawah Rp 10.000 per dollar AS, kinerja Kalbe Farma masih aman. Selain itu, Kalbe Farma juga masih memiliki ruang untuk menaikkan harga beberapa produknya. “Keuntungan Kalbe yakni ia memiliki diferensiasi produk yang luas. Jika margin obat tipis karena fluktuasi rupiah, margin produk lain masih bisa menutupi,” jelas dia.
Adolf menghitung, pendapatan Kalbe Farma di akhir 2012 bisa mencapai Rp 12,7 triliun atau naik 16,5% dari pendapatan di akhir tahun lalu. Sedangkan, laba bersih diprediksi naik tipis 9% menjadi Rp 1,6 triliun.
ACES
Analis Danareksa Sekuritas Anindya Saraswati menyatakan, aksi pemecahan saham yang dilakukan Ace Hardware bakal membuat saham ACES jadi lebih menarik bagi investor lantaran saham ini jadi lebih likuid. “Secara fundamental ACES disukai investor, tapi selama ini transaksinya susah karena likuiditasnya minim,” papar dia.
Berdasarkan data Bloomberg, sejak awal tahun hingga Rabu lalu (17/10), volume perdagangan harian saham ACES ini rata-rata hanya sekitar 869.078 saham per hari. Ambil contoh, di perdagangan Rabu lalu, total volume perdagangan cuma sebesar 701 lot atau sekitar 350.500 saham.
Pada 11 Oktober, volume perdagangan ACES memang sempat mencapai 1,26 juta saham. Namun, sehari sebelumnya, volume perdagangan yang tercatat hanya sebesar 199.000 saham atau 398 lot.
Angka ini jauh di bawah jumlah total saham publik yang beredar, yakni sebanyak 485 juta saham. Dengan stock split ini, total saham ACES yang beredar naik menjadi 4,85 miliar.
Dengan peningkatan likuiditas saham, Anindya memprediksi, pergerakan saham ACES ke depan bisa lebih mampu merefleksikan fundamentalnya. Ia menilai secara fundamental ACES masih kuat.
Perusahaan ritel home appliance ini masih gencar melakukan ekspansi. Sejak awal tahun, Ace Hardware sudah membuka 13 gerai baru. Manajemen pun merevisi target pembukaan gerai baru tahun ini dari 15 gerai menjadi 18 gerai.
Di semester satu lalu, emiten yang dikelola jaringan peritel Kawan Lama ini berhasil mencetak kenaikan laba bersih sebanyak 53,359% menjadi
Rp 169,9 miliar. Angka penjualan emiten ini pun naik menjadi Rp 1,43 triliun. “Secara historis, dalam lima tahun terakhir penjualan di semester dua biasanya akan lebih tinggi 29% karena ada momen Natal dan akhir tahun,” papar Anindya.
Karena itu, Anindya memasang rekomendasi beli untuk ACES. Ia mematok target harga saham ini Rp 7.500. Atau, bila menghitung berdasar rasio stock split, target harga saham ini Rp 750 per saham.
Sekarang silakan tentukan pilihan Anda!
***Sumber : KONTAN MINGGUAN 04 - XVII, 2012 Saham
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News