Reporter: Narita Indrastiti, Rizki Caturini, Choirunnisak | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Harga emas semakin cemerlang. Setelah kembali ke kisaran US$ 1.700 per ons troi, Kamis (6/9) pekan lalu, harga logam mulia itu diprediksi akan terus menanjak. Janji bank sentral Eropa (ECB) membeli obligasi negara-negara zona euro menambah stamina emas.
Memang, kontrak emas untuk pengiriman Desember 2012, Senin (10/9), di Bursa Comex, terpangkas tipis menjadi US$ 1.736,30 per ons troi. Koreksi terjadi setelah akhir pekan lalu, emas naik hingga 2,04% menjadi US$ 1.740,50 per ons troi.
Jika diukur dari harga terendahnya setahun terakhir, yang terjadi pada 16 Juli 2012, harga emas telah menanjak 12,54%.
Ibrahim, Senior Analis Harvest International Futures, mengatakan, emas mungkin menanjak lebih tinggi lagi. Apalagi, banyak sentimen positif yang bisa mengangkat emas. Pertemuan The Federal Open Market Committee (FOMC), Kamis (13/9) esok, merupakan agenda terdekat yang ditunggu investor.
Pelaku pasar berharap, Federal Reserves (The Fed) akan memberi sinyal pengucuran quantitative easing tahap ketiga (QE3), seusai rapat FOMC. "Jika ada sinyal stimulus, emas bisa menyentuh level tertingginya setahun di pekan ini," ucap Ibrahim.
Sekadar informasi, rekor tertinggi harga emas untuk tahun ini terjadi pada 28 Februari lalu. Saat itu, harga emas melesat menjadi senilai US$ 1.789 per troi ons.
Hitungan Ibrahim, pekan ini, harga emas bisa menembus US$ 1.800 per ons troi. Hingga akhir tahun, resistance harga emas, menurut dia, berada di US$ 1.846,93 per ons troi.
Namun, Ariston Tjendra, Analis Monex Investindo Futures mengatakan, jika hasil rapat FOMC tidak sesuai dengan ekspektasi pasar, maka harga emas terancam terkoreksi menuju US$ 1.650 per ons troi.
Secara teknikal, Relative Strength Index (RSI) menunjukkan harga emas sudah overbought alias jenuh beli. Stochastic pun menunjukkan tanda serupa. Namun, investor cenderung mengabaikan indikator teknikal, mengingat pasar sedang bullish.
"Pasar menunggu hasil pertemuan FOMC. Koreksi kemarin lebih karena aksi ambil untung karena harga sudah naik tinggi," ujar Alwi Assegaf, Analis Universal Broker.
Ibrahim melihat, setelah sentimen stimulus mereda, harga emas akan mencapai titik jenuh. Jadi, ada potensi emas kembali terkoreksi hingga support US$ 1.400 per ons troi. "Koreksi tajam kemungkinan terjadi di kuartal empat," kata Ibrahim.
Prediksi Ariston, sepekan ke depan, emas akan berada di kisaran US$ 1.700-US$ 1.760 per ons troi. Sedang hingga akhir tahun ini, harga emas diproyeksikan akan stabil antara US$ 1.760 hingga US$ 1.780 per ons troi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News