Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berbagai rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS) akan jadi penentu arah pergerakan rupiah pada perdagangan Jumat (10/12). Data tersebut menjadi penting karena dinilai akan mempengaruhi sikap The Fed ke depan.
Ekonom Sucor Sekuritas Ahmad Mikail menjelaskan, data pertama yang akan jadi perhatian para pelaku pasar adalah rilis initial jobless claim AS pada Kamis (8/12) malam. Ia memperkirakan, angkanya masih akan cenderung stabil seperti minggu-minggu sebelumnya.
Menurutnya, hal tersebut bisa menjadi sentimen negatif bagi rupiah karena akan memperkuat pandangan The Fed mengenai pulihnya ekonomi AS. Hal ini dapat berujung pada keputusan The Fed untuk mempercepat tapering dan menaikkan suku bunga acuan lebih cepat dari perkiraan.
Baca Juga: Lesu, rupiah spot ditutup melemah 0,07% ke Rp 14.367 per dolar AS pada Kamis (9/12)
“Data kedua yang dinantikan adalah data inflasi (CPI) AS yang diproyeksikan akan naik 6,9% secara yoy. Tingginya angka inflasi ini seiring dengan harga komoditas energi yang tinggi dan jelang pergantian tahun,” ujar Ahmad ketika dihubungi Kontan.co.id, Kamis (9/12).
Lebih lanjut, Ahmad juga menyebut sentimen negatif untuk rupiah bisa berasal dari negeri tirai bambu. Pasalnya, China dikabarkan akan memberikan stimulus ekonomi yang bisa memicu yuan melemah. Ia bilang, ketika yuan melemah, ada kecenderungan rupiah juga ikut melemah.
Oleh karena itu, ia memperkirakan rupiah pada perdagangan Jumat (10/12) akan cenderung melemah. Proyeksinya, rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.360 - Rp 14.400 per dolar AS.
Adapun, pada perdagangan hari ini, Kamis (9/12), rupiah di pasar spot ditutup di level Rp 14.367 per dolar AS atau melemah tipis 0,07%.
Pelemahan tipis juga terjadi di kurs referensi Jisdor Bank Indonesia (BI), setelah mata uang Garuda ini terdepresiasi 0,02% ke level Rp 14.351 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News