Reporter: Asnil Bambani Amri, Noverius Laoli | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Pemerintah berusaha untuk merespons pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang terjadi beberapa pekan ini. Untuk itu, ada dua hal yang akan dilakukan pemerintah agar nilai tukar rupiah tidak terjun bebas.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Bambang Brojonegoro bilang, pemerintah akan fokus mengendalikan inflasi dan current account defisit atau transaksi berjalan. "Dua hal ini dijadikan pekerjaan rumah, paling tidak, target kami di kuartal III baik inflasi maupun current account defisit harus lebih baik dari kuartal II," kata Bambang di Kantor Wakil Presiden, Kamis (5/9).
Bambang melanjutkan, untuk inflasi yang cukup besar di kuartal II diharapkan tak terulang di kuartal III. Sementara itu, inflasi Agustus tercatat 1,12% lebih rendah dari bulan Juni 3,29%. Karena itu, pemerintah optimistis inflasi September bisa turun lagi ke bawah 1%. "Current account defisit juga kami harapkan begitu (turun)," tambahnya.
Seperti kita tahu, kuartal II 2013 defisit neraca transaksi berjalan mencapai US$ 9,85 miliar atau 4,4% dari produk domestik bruto (PDB). Ini adalah rekor defisit terparah sepanjang sejarah Indonesia.
Guna meningkatkan investasi dalam negeri, Bambang mengaku akan serius memperbaiki halangan agar investor tetap berminat. Sayangnya, Bambang belum menjelaskan lebih lanjut apa saja rincian kebijakan untuk menarik investor tersebut. Ia hanya bilang, setelah aturannya terbit, barulah rinciannya bisa dibeberkan.
Pengusaha butuh kepastian nilai tukar
Sementara itu, pengusaha meminta agar pemerintah segera melakukan terobosan agar nilai tukar rupiah tak terpuruk. Jika rupiah terjun kian dalam, dampaknya akan mempengaruhi proyek-proyek yang sedang dipersiapkan.
Informasi ini disampaikan oleh Anggota Komite Ekonomi Nasional (KEN), Erwin Aksa Mahmud saat melakukan diskusi yang diselenggarakan KONTAN di Jakarta, Kamis (5/9). Menurut Erwin, banyak proyek membutuhkan dolar AS untuk membeli peralatan kerja serta mesin produksi. “Saya saja sudah menunda beberapa proyek,” kata Erwin yang juga chief executive officer (CEO) Bosowa Group tersebut.
Dampak dari penundaan proyek itu beragam, mulai dari berkurangnya penyerapan tenaga kerja, hingga penurunan pertumbuhan ekonomi. “Maka itu pengusaha itu butuh agar rupiah stabil, ini harus jadi prioritas,” tegas Erwin.
Perlu diketahui, pagi hari ini (6/9) tepatnya pukul 9.24 WIB, rupiah di pasar sport berada di posisi Rp 11.674 per dolar Amerika Serikat (AS) atau turun 0,26% jika dibandingkan posisi kemarin di level Rp 11.649.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News