Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) akan membangun empat hotel bintang tiga tahun 2015 dengan investasi Rp 350 miliar. Pendananaan tersebut bersumber dari pinjaman bank 50% dan kas internal 50%.
Keempat hotel tersebut berada dalam jaringan Batiqa Hotels akan dibangun di Cirebon, Jababeka, Palembang dan Pekanbaru. Hotel pertama akan diresmikan dikisaran bulan Maret-April mendatang di Cirebon. Rata-rata satu hotel dibangun dengan investasi Rp 80 miliar.
Batiqa Hotels Cirebon akan memiliki kapasitas 100 kamar. Dengan harga rata-rata sewa kamar Rp 500.000-Rp 550.000, SSIA menargetkan tingkat okupansi hotel bintang tiga ini sekitar 60%-70% di tahun pertama.
Tahun depan, SSIA akan menambah dua unit hotel lagi dalam jaringan yang sana di Lampung dan Casablanca Jakarta Selatan dengan investasi sekitar Rp 150 miliar. Keenam hotel ini merupakan rangkaian 40 hotel bintang tiga yang rencananya akan dibangun perseroan dalam lima tahun mendatang dengan investasi total Rp 3 triliun.
Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri mengatakan, pembangunan hotel memang bisa meningkatkan recurring income atau pendapatan berulang. Hal ini memang cukup positif dibanding mengandalkan penjualan lahan karena landbank akan cepat habis. Sementara akuisisi lahan membutuhkan dana besar.
Kendati demikian, Hans melihat langkah yang dilakukan SSIA harus menghadapi tantangan menurunnya tingkat okupansi bisnis hotel setelah pemerintahan Jokowi. Era pemerintahan baru yang melarang pejabat negara melakukan rapat di hotel mengikis sumber pendapatan bisnis hotel. “Ini jadi tantangan SSIA,” ujarnya.
Menurut Hans tantangan tersebut terutama akan menghadang pelaku bisnis hotel menengah ke atas. Namun, hotel bujet akan sedikit diuntungkan karena kebanyakan orang yang bepergian ke suatu tempat untuk urusan bisnis sementara waktu hanya membutuhkan tempat penginapan. “Jadi di tengah tantangan hotel saat ini, bisnis hotel bujet masih memiliki prospek,” kata Hans.
Selain itu, Hans bilang, lokasi pembangunan hotel juga harus menyasar daerah-daerah wisata yang memiliki tingkat okupansi tinggi. Dia merekomendasikan kota Bandung dan Pekanbaru sebagai tempat yang memiliki okupansi cukup bagus.
Dus, secara umum Hans memandang ekpansi SSIA di bisnis hotel tahun ini tidak akan memperbaiki recurring income perseroan dalam jangka pendek. Namun, jika pertumbuhan ekonomi Indonesia terus membaik maka dalam jangka panjang bisnis hotel tetap akan memberi kontribusi bagus terhadap pendapatan.
Terlepas dari bisnis hotel, Has melihat prospek SSIA masih cukup cerah tahun ini dengan keberadaan anak usahanya Nusar Raya Cipta (NRCA) yang bergerak di bidang konstruksi. NRCA dipastikan akan menikmati cuan di tengah upaya pemerintah menggenjot pembangunan infrastruktur.
Lebih lanjut, Hans merekomendasikan SSIA untuk lebih fokus mengembangkan lahan industri tahun ini dibanding ekspansi hotel. Sebab, pemerintah saat ini lebih mendukung pengembangan kawasan industri dan infrastruktur.
Hans saat ini merekomendasikan wait and see terhadap saham SSIA. Dia berencana merevisi target harga wajar SSIA hingga akhir tahun lantaran harga saat ini sudah melampaui target. Pada perdagangan Rabu (25/2) harga saham SSIA berada di level Rp 1.325, naik 4% dari hari sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News