kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menakar APLN setelah menjual aset properti


Kamis, 25 Agustus 2016 / 08:45 WIB
Menakar APLN setelah menjual aset properti


Reporter: Juwita Aldiani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) akan menjual hak milik atas satuan rumah susun (HMSRS) atas Pullman Jakarta Central Park dan saham PT Griya Pancaloka, anak usaha yang memiliki Sofitel Bali Nusa Dua kepada Strategic Property Investors Company Limited (REIT Manager).

Kedua belah pihak menandatangani binding investment agreement pada Selasa (16/8) lalu.

Yogi Surya Perdana, analis Pefindo, mengatakan, setelah aset Pullman dan Sofitel dilego, otomatis segmen pendapatan berulang atau recurring income menjadi berkurang di laporan keuangan. "Pendapatan berulang APLN cukup besar," kata Yogi kepada KONTAN, Rabu (24/08).

Semester pertama tahun ini, APLN menghasilkan pendapatan berulang dari sewa pusat perbelanjaan dan hotel sekitar Rp 816 miliar atau naik 13% dibandingkan tahun lalu Rp 790 miliar. Pendapatan berulang ini berkontribusi 27% dari total pendapatan.

Emiten properti ini membukukan pendapatan konsolidasi senilai Rp 2,92 triliun di semester I-2016. Berdasarkan laporan keuangan per Desember 2015, nilai wajar aset hotel Pullman Jakarta Central Park mencapai Rp 1,3 triliun.

Sedangkan nilai wajar aset Griya Pancaloka, pemilik dan pengelola Sofitel Nusa Dua Bali Beach Resort Rp 1,91 triliun. Yogi menambahkan, manajemen berencana akan menggunakan dana tersebut untuk melunasi utang dan mengembangkan proyek. APLN memiliki jumlah utang di atas rata-rata dibanding emiten properti lain.

Di akhir Juni, liabilitas APLN naik menjadi Rp 15,79 triliun dari Rp 15,49 per akhir tahun 2015.

William Surya Wijaya, analis Asjaya Indosurya Securities, mengatakan, rencana penjualan dua aset ini mungkin sudah menguntungkan APLN, karena akan mendapat modal baru. Namun, dampak penjualan ke kinerja masih tergantung langkah perusahaan selanjutnya.

Sepanjang tahun 2016, APLN berharap bisa mengantongi pendapatan antara Rp 3 triliun - Rp 3,5 triliun. Yogi melihat, di tahun ini sektor properti masih cukup berat. Makanya kemungkinan target tersebut meleset. Memang, pemerintah menawarkan kebijakan-kebijakan yang bisa mendorong sektor properti seperti pengampunan pajak dan pelonggaran loan to value (LTV).

"Harapannya tax amnesty bisa menjadi katalis positif bagi sektor properti, terutama APLN, tapi melihat realisasi yang masih jauh dari target, sepertinya agak sulit," tambah Yogi.

Lucky Bayu, analis Danareksa Sekuritas, mengatakan, penurunan suku bunga dapat mendorong sektor properti secara umum. Apalagi dengan 7 day reverse repo rate yang memberikan sinyal, pertumbuhan kiinerja properti masih cukup agresif ke depan.

APLN memiliki sentimen negatif berupa kasus reklamasi Pulau G. Padahal APLN sudah mengeluarkan dana investasi besar. Kasus ini juga masih mengambang. Menurut Yogi, batalnya proyek ini mungkin akan berimbas ke proyek-proyek lain APLN.

William melihat, kasus reklamasi yang tidak kunjung selesai menjadi tantangan APLN. William merekomendasikan tahan saham APLN dengan target Rp 400. Lucky merekomendasikan beli PLN dengan target Rp 350. Reza Priyambada, Kepala Riset NH Korindo Securites, merekomendasikan beli saham APLN dengan target Rp 330.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×