Reporter: Wahyu Satriani, Sandy Baskoro | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. Fluktuasi harga saham di pasar domestik tak menyurutkan minat go public (IPO) sejumlah perusahaan. Dalam sepekan terakhir, ada tujuh perusahaan yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia.
Kinerja saham IPO juga cenderung positif, meski pasar sedang labil. Harga saham emiten teranyar, PT Bank Jatim Tbk, misalnya naik 2,33% pada hari pertama pencatatan sahamnya di Bursa Efek Indonesia, Kamis (12/7). Di saat yang sama, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menurun 0,87% menjadi 3.984,12.
Efek saham yang paling sukses melejit di hari perdana adalah saham PT Gading Development Tbk. Harga saham emiten berkode GAMA ini langsung naik 69,52% ketika listing, Rabu (11/7) lalu.
Saham lain yang menanjak di atas 10% di hari perdana pencatatan adalah saham PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk, PT Esa Surya Perkasa Tbk dan PT Toba Bara Sejahtra Tbk.
Pengamat pasar modal Stefanus P Susanto menyebutkan fluktuasi pasar global, terutama Eropa, berpotensi membawa sentimen negatif bagi pasar modal Indonesia, termasuk saham emiten baru. "Investor perlu memperhatikan fundamental perusahaan dan PE ratio (rasio harga terhadap laba bersih per saham) emiten. Jika masih murah, berarti masih bagus," ujar dia.
Stefanus menduga saham emiten sektor energi seperti Toba Bara masih bergerak positif, setidaknya dalam tiga bulan mendatang. "Saham-saham berbasis energi merupakan saham yang jatuhnya paling dalam sehingga berpotensi naik paling bagus," ujar dia. Namun harga saham Bank Jatim diprediksi tak akan tumbuh terlalu tinggi. "BJTM merupakan BPD yang komposisi DPK-nya berasal dari Pemda," tutur Stefanus.
Harga saham anyar lainnya, seperti Global Teleshop juga tidak akan terlalu banyak bergerak. Bisnis Global Teleshop terkait penjualan telepon genggam sedang lesu, sehingga kinerjanya ditaksir tak tumbuh signifikan.
Analis Indosurya Asset Management Reza Priyambada menambahkan, secara umum kinerja saham sektor ritel, properti, perbankan, infrastruktur, media dan konsumsi masih akan terjaga. Tapi laju saham IPO belum bisa diprediksi lebih jauh. "Kenaikan harga saat ini lebih didukung pelaku pasar yang memburu saham IPO dan mencari gain sesaat," ujar Reza.
Pengamat pasar modal, Jhon Veter, menilai, agak sulit membedah saham yang baru saja IPO dari sisi fundamental maupun analisa teknikal. Pasalnya, laporan keuangan si emiten belum lengkap dan grafik harga sahamnya belum tersedia secara memadai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News