kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Memburu Berkah dari Saham Syariah


Senin, 22 Juli 2013 / 07:10 WIB


Reporter: Kornelis Pandu Wicaksono | Editor: Yuwono Triatmodjo

JAKARTA. Selain saham-saham konvensional, investor juga bisa melirik investasi di saham yang masuk daftar efek syariah. Saat ini, ada sekitar 291 saham syariah yang telah ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Ada beberapa syarat saham emiten bisa masuk daftar efek syariah. Salah satunya, adalah si emiten tidak memiliki nisbah alias utang kepada lembaga keuangan ribawi, yang jumlahnya lebih dominan dari modalnya.

Rasio antara utang berbasis bunga (ke perbankan) dengan ekuitas tak boleh lebih dari 82%, dan rasio utang terhadap total aset tidak boleh lebih dari 45%.

Di samping itu, total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lain si emiten dibandingkan dengan total pendapatan (revenue) tidak lebih dari 10%. Selain syarat itu, masih ada syarat lain yang disepakati antara otoritas bursa dengan Dewan Syariah Nasional. Syarat itu adalah perusahaan tidak menyelenggarakan bisnis dibidang perjudian, jasa keuangan yang menerapkan riba, serta tidak memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan atau menyediakan barang tidak halal.

Nah, dari 291 saham syariah, hanya 30 saham emiten yang menjadi pembentuk Jakarta Islamic Index (JII).  Di pertengahan tahun ini, dua emiten masuk menjadi penghuni baru JII. Mereka adalah PT Global Mediacom Tbk (BMTR) dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA). Dua emiten itu menggantikan posisi PT Energy Mega Persada Tbk (ENRG) dan PT Indika Energy Tbk (INDY).

Meski berlabel syariah, investor tetap harus cermat memilih saham-saham ini. Analis menyarankan agar investor mencermati prospek bisnis si emiten termasuk likuiditasnya.

Dari 30 saham anggota JII, analis Batavia Prosperindo Sekuritas, Steven Gunawan antara lain merekomendasikan saham WIKA. Dia menghitung, rasio utang berbunga dibanding ekuitas WIKA cukup sehat. "Rasionya hanya 51,7%. Utang terbesar ada di non berbunga, seperti uang muka proyek dan uang jaminan proyek," kata Steven.

Menurut Steven, rasio utang alias debt to equity ratio (DER) WIKA lebih kecil di bandingkan sektornya, yakni 0,69kali. Bandingkan dengan  PTPP dan ADHI yang sudah 1,28 kali dan 1,36 kali.

Sementara, Thendra Crisnanda, analis BNI Securities menyarankan investor melirik saham SMGR, PGAS, WIKA dan BSDE. Prospek bisnis emiten tersebut cukup cerah.

Tanpa menyebutkan spesifik sahamnya, Kepala Riset Universal Broker Indonesia,  Satrio Utomo menyarankan investo mencermati saham emiten syariah yang bergerak di sektor konsumer. Dalam jangka pendek, emiten sektor ini akan terdongkrak kinerjanya karena ada momentum Ramadan dan Lebaran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×