Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Sofyan Hidayat
JAKARTA. Agar reksadana saham bisa mendulang imbal hasil (return) maksimal, manajer investsi (MI) memilih strategi tertentu dalam meracik pilihan saham sebagai aset dasar produk. Misalnya, PT Millenium Danatama Indonesia (MDI) lebih memilih saham perusahaan yang kinerjanya masih dalam tahap bertumbuh alias second liner untuk produk reksadana Millenium Equity.
Fund Manager MDI, Henry Manurung, menjabarkan, sebesar 97% dana kelolaan produk Millenium Equity ditempatkan dalam efek saham. Dari porsi tersebut, sekitar 60% merupakan saham-saham second liner, sisanya saham-saham LQ45.
Menurut Henry, tahun lalu, pihaknya memilih strategi pengelolaan portofolio seperti itu, lantaran memperkirakan saham second liner bisa memberi imbal hasil lebih besar ketimbang saham di LQ45. Pasalnya, tahun lalu kondisi pasar saham sedang bearish, sehingga kinerja saham LQ45 jeblok.
Ia mengklaim, akhir tahun lalu, beberapa aset dasar Millenium Equity bahkan memberi imbal hasil lebih dari 100%. Ini tercermin pada kinerja Millenium Equity per 1 April 2014 yang telah memberi imbal hasil tahunan atau year on year (yoy) sebesar 28,73%. Dengan pencapaian itu, PT Infovesta Utama bahkan menjadikan Millenium Equity sebagai reksadana saham berimbal hasil tertinggi periode tahunan.
Namun, kata Henry, dengan minimnya porsi saham-saham LQ45 dalam portofolio Millenium Equity, kinerja produk itu sejak akhir 2013 alis year to date masih tertinggal dibanding kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada periode sama. Seperti diketahui, tahun ini, kondisi indeks mulai normal, sehingga potensi kenaikan saham LQ45 pun lebih moncer ketimbang second liner.
Makanya, MDI berencana meracik kembali portofolio Millenium Equity mengadaptasikan dengan kinerja IHSG saat ini. "Setelah pemilu kami berencana menempatkan porsi lebih besar pada saham-saham LQ45, yaitu bisa mencapai 80%," ujar Henry.
Ia menargetkan, return Millenium Equity pada akhir tahun ini bisa mencapai 30%. Asumsinya, IHSG akhir tahun bisa di level 5.400 atau naik sekitar 25%. "Target kami, kinerja Millenium Equity sekitar 5% di atas kinerja IHSG," kata Henry.
Hingga 28 Maret 2014, total dana kelolaan Millenium Equity sebesar Rp 250,9 miliar. Sekitar 70% merupakan dana investor institusi, dan sisanya investor ritel. Henry menargetkan, akhir tahun ini, total dana kelolaan produk yang diluncurkan sejak 2 April 2008 silam ini bisa tumbuh menjadi Rp 500 miliar.
Investor harus merogoh kocek Rp 500.000 untuk pembelian awal produk Millenium Equity. Pembelian selanjutnya minimal
Rp 100.000. MDI mengutip masing-masing biaya pembelian dan penjualan unit penyertaan maksimal 2,5%. Investor juga dikutip biaya pengelolaan 2,5% per tahun.
Analis PT Infovesta Utama, Viliawati, memprediksi, tahun ini, kinerja saham LQ45 lebih bisa diandalkan ketimbang saham second liner. "Namun yang jadi pertimbangan ialah saat ini IHSG sudah naik tinggi sejak awal tahun," paparnya.
Makanya, Vilia menilai, strategi MDI mengalihkan aset pada saham-saham LQ45 justru berpotensi menurunkan nilai aset Millenium Equity, karena tingkat kenaikan sudah tinggi.
Untuk meminimalkan penurunan nilai, Vilia menyarankan MDI hanya mengalokasikan maksimal 60% dana kelolaan Millenium Equity dalam saham-saham LQ45.
Ia memperkirakan, potensi kenaikan saham LQ45 pasca pemilu masih terbuka lebar, jika pemimpin yang dihasilkan sesuai ekspektasi pelaku pasar. "Jika sesuai harapan dan kondusif, dana asing akan terus membanjiri pasar saham Indonesia," ujar Vilia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News