kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melonjak sebulan terakhir, imbal hasil reksadana saham masih minus sejak awal tahun


Rabu, 01 Agustus 2018 / 19:42 WIB
Melonjak sebulan terakhir, imbal hasil reksadana saham masih minus sejak awal tahun
ILUSTRASI. Ilustrasi Reksadana


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks reksadana di Juli 2018 kompak mencatatkan kinerja positif. Kini, reksadana saham berbalik menorehkan kinerja tertinggi secara bulanan. Namun, sejak awal tahun, reksadana pasar uang masih memimpin.

Berdasarkan data Infovesta Utama per Juli 2018, secara bulanan indeks reksadana saham berhasil tumbuh 1,82%. Mengikuti, kinerja indeks reksadana campuran tumbuh 1,29%. Selanjutnya, kinerja indeks reksadana pendapatan tetap tumbuh 0,5% dan kinerja reksadana pasar uang tumbuh 0,38%.

Meski reksadana saham secara bulanan tumbuh paling tinggi, tetapi sejak awal tahun reksadana saham masih catatkan kinerja terendah dengan penurunan 4,24%. Sementara, kinerja indeks reksadana campuran juga menurun 2,71%. Indeks reksadana pendapatan tetap juga menurun 3,32%. Hanya indeks reksadana pasar uang yang tumbuh 2,28%.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, sebulan lalu indeks reksadana saham bisa berkinerja tinggi karena Indeks Harga Sahan Gabungan (IHSG) rebound atau berbalik naik 2,37%.

"IHSG rebound karena efek dari suku bunga naik sudah mulai direfleksikan pada harga saham emiten, jadi boleh dibilang bottom IHSG kemarin di 5.600 jadi sekarang market optimis bisa rebound," kata Wawan, Rabu (1/8).

Di awal semester II tahun ini, laporan keuangan emiten di semester I mulai keluar dan menunjukkan kinerja cukup baik. Menurut Wawan, hal ini sehingga bisa mendorong IHSG rebound dan kinerja indeks reksadana saham pun melonjak.

Namun, Wawan mengatakan tantangan bagi reksadana saham ke depan berasal dari ekspektasi kenaikan suku bunga dalam negeri yang mayoritas dipengaruhi faktor eksternal. Inflasi Indonesia yang masih rendah dipercaya tidak akan membuat suku bunga dalam negeri naik. Tapi nilai tukar rupiah yang cenderung melemah serta kenaikan suku bunga acuan The Fed, menjadi tantangan kinerja reksadana berbasis saham di sisa semester II tahun ini.

Wawan mengatakan, kenaikan suku bunga bisa menambah beban perusahaan dan mengurangi pendapatan. Bila pada awal tahun Wawan memproyeksikan kinerja reksadana di tahun ini bisa tumbuh 10%, dengan adanya tekanan kenaikan suku bunga Wawan mengoreksi proyeksi pertumbuhan kinerja reksadana saham menjadi 8%-9% hingga akhir tahun.

Selain itu, di bulan lalu Wawan melihat kinerja pasar obligasi juga sama meningkat seperti pasar saham. Hal ini terbukti dari kinerja reksadana campuran yang juga bertumbuh. Di pasar obligasi, sentimen kenaikan suku bunga dalam negeri akan terbatas. Yield pun sudah bergerak cukup tinggi dan menjadi saat yang tepat untuk masuk ke reksadana yang memiliki aset obligasi.

Katalis positif di pasar obligasi datang dari diaktifkannya kembali Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang mampu menolong harga obligasi jadi lebih stabil karena investor asing kembali ramai ke pasar domestik. 

Meski begitu, Wawan tidak menampik bahwa pergerakan pasar obligasi masih akan volatil seiring penantian investor pada berapa kali The Fed akan menaikkan suku bunga dan bagaimana Bank Indonesia merespons hal tersebut.

Wawan memproyeksikan kinerja rata-rata reksadana campuran 7,5% di akhir tahun. Sedangkan, kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap 6%-7% di akhir tahun.

Sejak awal tahun kinerja indeks reksadana pasar uang konsisten bertumbuh. Di tengah tantangan kenaikan suku bunga, hanya reksadana pasar uang yang merasakan keuntungan. Wawan memproyeksikan dengan ekspektasi kenaikan suku bunga, rata-rata kinerja reksadana pasar uang di akhri tahun bisa tumbuh 5%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×