Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Test Test
JAKARTA. PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) siap mengeduk cadangan minyak di Libya. Otoritas pemerintahan di negara itu telah memberikan izin kepada Medco sebagai operator blok minyak di Area 47 Libya.
MEDC melalui anak usahanya, Medco International Ventures Limited, menggantikan posisi pengelola Blok 47 terdahulu, Verenex Energy.
Direktur Utama Medco Energi, Darmoyo Doyoatmojo, menjelaskan, saat ini perusahaannya tengah merampungkan pengeboran dua sumur kajian dan tiga sumur eksplorasi. "Proyek ini termasuk menyelesaikan dan menguji tiga sumur yang telah di bor," kata dia.
Medco, dalam surat pernyataan resminya, menyatakan akan menambahan proyek pengeboran atas tiga sumur eksplorasinya. "Perjanjian ini akan berjalan selama satu tahun," ujar Nusky Suyono, Investor Relation Medco, kemarin (19/4).
Hanya saja, dia enggan berkomentar mengenai seberapa besar kontribusi proyek ini terhadap kinerja MEDC nantinya. Tapi, Komisaris Utama MEDC, Hilmi Panigoro, beberapa waktu lalu pernah mengatakan, kinerja Medco Energi bisa naik hingga 50% dibandingkan tahun lalu.
Analis Sinar Mas Sekuritas, Alfiansyah, melihat, ke depan hasil investasi di Libya ini bisa memberikan kontribusi lumayan ke kinerja MEDC. "Tapi saya belum menghitung detilnya," ujar dia.
Analis E-Trading Securities, Isfhan Helmy Arsad, sependapat dengan Alfiansyah. Menurut Isfhan, kinerja MEDC bisa membaik berkat beroperasinya konsesi Blok 47 Libya.
Yang pasti, kinerja jeblok Medco pada tahun lalu berpeluang kembali terangkat melalui ekspansi usahanya ke negara di Afrika itu. Sepanjang 2009, laba bersih MEDC anjlok 93,14% menjadi hanya US$ 19,23 juta, dari semula US$ 280,20 juta.
Saham sudah mahal
Kenaikan harga minyak mentah sepanjang 2010 diprediksi ikut mempengaruhi kinerja Medco. Pada kuartal I-2010, harga minyak berada di level US$ 80-US$ 85 per barel. "Harga rata-rata minyak mentah di 2010 sekitar US$ 85 per barel," prediksi Alfiansyah.
Proyek Blok Libya memang padat modal. Artinya, Medco perlu mengerahkan berbagai opsi pendanaan untuk menutupi investasi besarnya di Libya. MEDC perlu mengeluarkan dana US$ 400 juta.
Padahal, tahun ini MEDC masih punya utang jatuh tempo senilai US$ 200 juta. Ini tentu akan menguras pendanaan mereka. Adapun kas internal Medco senilai US$ 259,02 juta, yang juga bakal dibagi-bagi untuk investasi di Blok Libya. Maka itu, Isfhan memprediksi, MEDC akan memakai opsi penerbitan obligasi demi menambal kebutuhan proyek Blok 47 Libya.
Meski prospek bisnisnya masih potensial, Isfhan melihat harga saham MEDC sudah mendekati harga wajarnya, yakni Rp 3.000 per saham. Dus, dia menyarankan tahan saham MEDC.
Alfiansyah pun merekomendasikan tahan dengan target Rp 3.300 per saham. "Masih ada risiko ekonomi global yang belum pasti," ujarnya.
Kepala Riset BNI Securities, Norico Gaman, juga melihat kinerja MEDC masih labil. "Saya turunkan rekomendasi Medco dari beli menjadi tahan, dengan target Rp 3.000 per saham. Kemarin, saham MEDC turun 6,61% menjadi Rp 2.825 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News