Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mata uang Asia kompak ditutup menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat (8/3). Analis memperkirakan mata uang Asia masih akan lanjut menguat di pekan ini.
Berdasarkan Bloomberg, Won Korea mencatat kenaikan terbesar yakni 0,85%, disusul peso Filipina yang naik 0,45%, rupiah menguat 0,42%, dolar Taiwan naik 0,38%, ringgit Malaysia naik 0,29% dan baht Thailand naik 0,22% di akhir pekan lalu.
Selanjutnya, yen Jepang naik 0,10%, dolar Singapura naik 0,05%, yuan China naik 0,04% terhadap dolar AS. Sedangkan dolar Hong Kong stagnan pada Jumat (8/3).
Sementara itu, indeks dolar yang mencerminkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama dunia ada di 102,86, naik dari sehari sebelumnya yang ada di 102,82.
Baca Juga: Suku Bunga AS Bakal Turun, Bagaimana Dampaknya Bagi Obligasi di Indonesia?
Analis PT Finex Bisnis Solusi Future Brahmantya Himawan mengatakan, mayoritas penguatan terjadi karena peningkatan ekspektasi pemotongan suku bunga the Fed dalam waktu dekat menjadi 80%.
"Angka itu cukup besar, mengingat inflasi bulan Februari belum sesuai target, meskipun masih dalam jalur penurunan inflasi AS," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (10/3).
Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong menambahkan, penguatan mata uang Asia juga didorong data perdagangan China yang kuat. "Terlihat dari neraca perdagangan, ekspor, dan impor yang jauh di atas perkiraan," katanya.
Untuk pekan ini, kedua analis kompak memproyeksikan mata uang Asia lanjut akan menguat. Brahmantya menilai pergerakan mata uang Asia akan sangat menarik, melihat potensi pemangkasan suku bunga.
Adapun sentimen utama untuk pekan ini adalah rilis data Consumer Price Index (CPI) AS yang akan rilis pekan ini.
"Data tersebut sangat ditunggu oleh pasar karena menjadi kompas pemotongan suku bunga dan pergerakan dolar AS ke depannya," katanya.
Baca Juga: Mata Uang Asia Bertenaga dalam Sepekan, Simak Sentimen yang Menopangnya
Brahmantya menilai pekan ini dolar Australia dan Yen Jepang menarik untuk diamati pada pekan ini. Dolar Australia menerima sentimen positif dari sektor pertambangan dan sektor pertanian.
Sektor pertambangan didorong dari kenaikan harga emas dunia. Sementara dari pertanian didukung panen anggur yang umumnya terjadi di bulan Maret, sehingga panen itu dapat memicu penguatan dolar Australia.
Sementara untuk Yen Jepang, meskipun Jepang mengalami resesi tetapi terdapat kenaikan gaji pekerja yang disetujui menjadi 2% dari kenaikan tahun sebelumnya 0,8%.
"Sehingga dapat membawa perekonomian terus bergerak menuju pencapaian target inflasi bank sentral," paparnya.
Adapun Lukman juga berpendapat Yen Jepang menarik diamati karena didukung oleh harapan perubahan pada kebijakan BoJ ke arah yg lebih ketat. Selain itu, ringgit Malaysia secara teknikal membentuk formasi double top yang artinya berpeluang menguat lebih lanjut.
"Yuan China juga telah berkonsolidasi di bawah resistance 7.200 dan juga berpeluang menguat," katanya.
Baca Juga: Rupiah Menguat 0,73% dalam Sepekan, Simak Proyeksinya untuk Pekan Depan
Sementara hingga akhir tahun, Lukman melihat mata uang Asia yang menarik adalah dolar Singapura dengan target harga 1.31-1.33. Lalu, rupiah Rp 14.500 - Rp 15.000 yang diperkirakan rekor surplus masih akan berlanjut dan harga yang memulih di kuartal IV.
"Selain itu ringgit Malaysia dengan target harga 4,4-4,5 dan Baht dengan target harga 32-33," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News