kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Masyarakat masih andalkan emas


Sabtu, 16 November 2013 / 15:33 WIB
Masyarakat masih andalkan emas
ILUSTRASI. Hokben Super Bowl dengan harga spesial yang pasti lebih hemat dan murah di kantong (dok/Hokben)


Reporter: Dyah Megasari |

Masyarakat Indonesia sudah sangat familiar dengan logam mulia satu ini, emas. Itulah sebabnya, di beberapa pialang investasi emas menjadi komoditas yang memiliki volume transaksi tertinggi.

Padahal, dalam perdagangan bursa komoditas (PBK) dan bursa berjangka, Indonesia memiliki banyak produk nonfinansial yang menyimpan peluang menarik, karena banyak pelaku bisnis yang membutuhkan, seperti olein, cacao, dan timah.

Adalah PT Jalatama Artha Berjangka (JAB), salah satu pialang yang terdaftar resmi di Bursa Berjangka Jakarta (BBJ), yang memiliki volume perdagangan emas cukup tinggi. Direktur Utama JAB Jacob Ongkowidjojo ditemui Kompas.com, Jumat (14/11/2013) menuturkan, hal itu dikarenakan komoditas tersebut diperdagangkan dalam dua sistem, bilateral dan multilateral.

“Masyarakat juga lebih familiar dengan emas,” ujar Jacoeb.

Saat ini di BBJ, emas diperdagangkan dengan satuan 1 kilogram per lot, 250 gram per lot, dan 100 gram per lot. Dengan satuan seberat ini, emas menduduki peringkat teratas sistem perdagangan bilateral, dengan penawaran kontrak Loco London Gold (Loco).

Menyusul emas, dalam sistem perdagangan bilateral ada kontrak Forex (foreign exchange) atau valuta asing dan Index Saham (stock index) yang bergantian saling mendominasi. Menurut Jacoeb, kondisi itu lantaran keduanya sangat terpengaruh faktor riil. Ketika saham sangat bergejolak, pasar bermain ke Forex, bursa yang bergerak.

“Emas relatif konstan di posisi teratas karena dia punya karakteristik sendiri sebagai objek investasi,” imbuh Jacoeb.

Sementara itu, sistem perdagangan multilateral di JAB didominasi komoditas olein, produk turunan crude palm oil (CPO). Jacoeb mengungkapkan kenapa emas tidak terlalu besar dalam perdagangan multilateral dikarenakan satuan emas yang besar, sehingga tidak bisa dipasarkan secara retail. Emas justru menduduki peringkat kedua, disusul cacao, dalam perdagangan multilateral.

Diakui Jacoeb, perdagangan multilateral baru mengambil porsi 10 persen dari keseluruhan rata-rata transaksi per bulan yang mencapai 15.000 lot. Untuk meningkatkan volume transaksi perdagangan emas tersebut, JAB bersama BBJ saat ini tengah menyusun spesifikasi yang lebih kecil untuk komoditas emas, yang terdiri dari 5 gram per lot, 10 gram per lot, dan 25 gram per lot.

“Sebagai pialang dan pemegang saham (BBJ), multilateral diusahakan bisa menyeimbangi bilateral. Membuat produk yang lebih marketable, dan mendiversifikasi produk sehingga menjangkau pasar yang lebih luas,” ujarnya . (Estu Suryowati/Kompas.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×