kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Masih dibayangi oversupply, harga minyak belum akan kembali ke level sebelum pandemi


Rabu, 16 Desember 2020 / 19:24 WIB
Masih dibayangi oversupply, harga minyak belum akan kembali ke level sebelum pandemi
ILUSTRASI. Harga minyak dunia kembali melanjutkan tren penguatan dalam beberapa hari terakhir.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak dunia kembali melanjutkan tren penguatan dalam beberapa hari terakhir. Merujuk Bloomberg, pada Rabu (16/12) pukul 18.15 WIB, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Januari 2021 kembali menguat 0,36% ke US$ 47,79 per barel.

Level tersebut merupakan yang tertinggi sejak Maret 2020. Sementara harga minyak jenis Brent untuk kontrak pengiriman Februari 2021 juga naik 0,26% menjadi US$ 50,89 per barel

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, faktor utama penguatan komoditas minyak adalah kondisi dolar Amerika Serikat (AS) yang tertekan. Hal ini seiring dengan perkembangan paket stimulus fiskal AS yang berpeluang segera menemui kejelasan. Ibrahim menyebut, para spekulan memanfaatkan momen ini untuk melakukan transaksi minyak dunia.

“Namun, sebenarnya minyak juga dibayangi koreksi karena laporan dari American Petroleum Institute menyebut cadangan minyak AS meningkat sebesar 2 juta barel. Ditambah lagi, muncul kekhawatiran permintaan bahan bakar di Eropa akan turun seiring mulai diberlakukannya kembali lockdown di beberapa negara,” jelas Ibrahim ketika dihubungi Kontan.co.id, Rabu (16/12).

Baca Juga: Vaksin corona terus menopang penguatan harga minyak WTI

Lebih lanjut, Ibrahim menyangsikan harga minyak bisa terus menguat dan kembali ke level sebelum pandemi virus corona. Menurutnya, sekalipun vaksin ternyata teruji efektif, hal tersebut tidak serta merta akan mengembalikan harga minyak. Menurutnya, untuk minyak dunia bisa kembali ke level semula perlu waktu setahun.

Belum lagi, masih ada kelanjutan kesepakatan antara Uni Eropa dengan Inggris terkait Brexit. Ibrahim bilang, sejauh ini belum ada tanda-tanda bahwa Inggris akan keluar Uni Eropa dengan persyaratan. 

“Jadi satu-satunya sentimen yang mungkin mengangkat harga minyak adalah gelontoran stimulus dari berbagai bank sentral global. Oleh sebab itu, kemungkinan harga minyak pada kuartal I-2021 masih akan bergerak pada rentang US$ 40 - US$ 48 per barel,” tambah Ibrahim

Sementara secara umum, Ibrahim cukup yakin setidaknya harga minyak pada tahun depan berpotensi lebih baik dibanding tahun ini walau kondisi oversupply kemungkinan masih akan terjadi pada tahun depan karena permintaan belum akan pulih seutuhnya. Adapun, untuk 2021, proyeksi Ibrahim harga minyak akan berada di kisaran US$ 35 per barel-US$ 70 per barel. 

Baca Juga: Begini upaya SKK Migas kawal proyek strategis nasional sektor hulu migas

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×