kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Masih ada pemberat yield dan harga SUN valas pada tahun depan


Selasa, 25 Desember 2018 / 15:52 WIB
Masih ada pemberat yield dan harga SUN valas pada tahun depan
ILUSTRASI. Uang dollar AS


Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Surat Utang Negara (SUN) berdenominasi valuta asing masih rawan mengalami tekanan dari sisi harga maupun yield pada tahun 2019 mendatang. Hal ini seiring masih adanya sentimen negatif yang berpotensi mempengaruhi performa instrumen tersebut.

Analis Fixed Income MNC Sekuritas, I Made Adi Saputra mengungkapkan, pernyataan dovish Federal Reserve yang akan mereduksi jumlah kenaikan suku bunga acuan AS di tahun depan di atas kertas bisa berdampak positif terhadap pergerakan yield dan harga SUN valas di pasar sekunder.

Hanya saja, sikap The Fed pada agenda FOMC pekan lalu juga perlu dicermati karena terdapat sinyal bahwa perekonomian global terancam mengalami perlambatan sepanjang tahun depan.

Jika berkaca pada tahun ini, sentimen perlambatan ekonomi global kerap menimbulkan gejolak pada pasar saham AS. Kondisi ini mendorong investor global untuk memburu US Treasury sehingga yield instrumen tersebut relatif tetap stabil.

Sayangnya, yield surat utang dari negara-negara emerging market, baik berdenominasi valas ataupun kurs lokal, tak serta-merta ikut stabil atau bahkan mengalami tren penurunan. “Investor global cenderung akan menghindari seluruh aset emerging market ketika isu perlambatan ekonomi global muncul,” terang Made, Jumat (21/12) lalu.

Senada, Presiden Direktur Asanusa Asset Management, Siswa Rizali memandang, risiko yang menerpa pasar surat utang global masih tergolong tinggi pada tahun depan. Selain perlambatan ekonomi global, pelaku pasar juga masih dikhawatirkan oleh ketidakpastian perang dagang.

Walau begitu, Siswa berpendapat, SUN valas masih bisa menjadi pilihan alternatif bagi investor yang memiliki kebutuhan dana dalam denominasi mata uang asing serta investor yang tidak ingin mengambil risiko lebih terhadap gejolak kurs rupiah. “Risiko volatilitas kurs membuat investor ragu sehingga sebagian di antaranya lebih memilih SUN valas,” kata dia, kemarin.

Sebagai informasi, SUN valas bertenor 10 tahun seri INDO-28 yang tercatat di Bloomberg mengalami kenaikan yield sebesar 99 bps secara year to date (ytd) dari level 3,52% di akhir tahun lalu menjadi 4,51% hingga Senin (24/12) pukul 13.00 WIB.

Kenaikan lebih tajam didapati oleh SUN berdenominasi rupiah. Yield seri FR0064 yang juga bertenor 10 tahun telah naik hingga 146 bps (ytd) dari level 6,46% pada akhir Desember 2017 menjadi 7,92% pada Jumat (21/12) lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×