Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Sebagai peritel yang menggarap segmen bawah, PT Ramayana Sentosa Lestari Tbk (RALS) harus pintar-pintar mengatur strategi. Maklum, segmen menengah bawah paling sensitif terhadap kenaikan harga produk. RALS sempat merasakan efek sensitivitas tersebut.
Namun, strategi RALS mengubah gerainya dengan bendera perusahaan asal Belanda, SPAR, ternyata cukup efektif. Perlahan tapi pasti, penjualan RALS mulai terdongkrak.
Andre Suntono, analis Buana Capital, menyatakan, selama bulan September hingga Desember 2015, sebanyak 16 gerai Ramayana berubah menggunakan konsep SPAR. Ada yang hanya mengganti konsep gerai lama, ada pula yang merupakan gerai baru. Buahnya mulai terlihat.
Pada Oktober 2015, penjualan RALS tercatat Rp 467 miliar, naik 7,7% month to month (mom). Di bulan Desember, nilainya bisa jauh lebih tinggi lagi, karena ada perayaan Natal dan Tahun Baru. Memanfaatkan momentum itu, plus strategi promosi yang agresif, penjualan RALS bisa mencapai Rp 810 miliar.
"Konversi gerai ke SPAR memang berpengaruh, tapi baru benar-benar terlihat signifikan mungkin dua atau tiga tahun ke depan," jelas Andre kepada KONTAN, Kamis (14/1). Kenaikan tersebut memang masih lebih banyak didorong siklus bisnis RALS.
Tapi SPAR turut mempengaruhi. Setelah menggandeng SPAR, RALS lebih agresif menggunakan media promosi dengan brand ambassador. Ini tentu merupakan sinyal positif ke depan. Perseroan berencana membuka 25 gerai SPAR sepanjang tahun ini.
Perinciannya, 23 gerai merupakan gerai lama yang dikonversi menggunakan konsep SPAR, sementara dua gerai lagi adalah gerai SPAR baru. Agenda serupa bakal ditempuh di tahun 2017. Sehingga, jika tak ada aral melintang, RALS bakal memiliki 66 gerai SPAR hingga akhir tahun 2017.
Tahun ini, efek SPAR bisa lebih terlihat lagi. Dengan membaiknya ekonomi, daya beli masyarakat pun lebih merata dan tak terfokus pada kota utama seperti Jakarta. Andre yakin, pendapatan dan laba bersih RALS naik masing-masing 7% dan 6% ketimbang estimasi tahun 2015.
Dia memprediksi, tahun lalu RALS meraih pendapatan Rp 7,86 triliun dan laba bersih Rp 341 miliar. Fundamental RALS sebenarnya menarik. Selain memiliki basis konsumen kuat, utang RALS rendah. RALS justru diuntungkan dengan pelemahan rupiah, karena menyimpan sebagian deposito berdenominasi dollar AS.
Hingga September 2015, RALS mampu mencatatkan laba kurs Rp 86 miliar. "Tapi RALS tak bisa menghindari ketatnya persaingan," ungkap Bagus Adi Yoga Prawira, analis Bahana Securities dalam riset. Ketatnya persaingan berujung pada menciutnya margin.
Bagus memprediksi margin kotor RALS stagnan di level 35,6% pada 2015 dan 2016. Matthew Wibowo, analis Mandiri Sekuritas menambahkan, penjualan RALS di bulan Desember 2015 senilai Rp 755 miliar dan total penjualan 2015 mencapai Rp 7,8 triliun.
Andre merekomendasikan buy RALS dengan target Rp 750 per saham. Matthew menyarankan neutral dengan target Rp 680 per saham. Bagus merekomendasikan reduce dengan target Rp 640 per saham. Harga RALS kemarin menurun 3,33% menjadi Rp 580 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News