Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) menaruh harapan tahun depan positif bisnis mereka bakal moncer . Untuk itu, SMRA yakin mampu menaikkan target marketing sales.
Presiden Direktur SMRA Johannes Mardjuki berharap marketing sales perusahaan ini tahun depan bisa tumbuh antara 10%-15% dari target tahun ini senilai Rp 4,5 triliun. Artinya, SMRA menargetkan marketing sales tahun depan antara Rp 4,95 triliun-Rp 5,2 triliun. "Kenaikan target ini berasal dari proyek baru dan kenaikan harga properti," ujar Johannes kepada KONTAN.
Tahun depan, SMRA akan meluncurkan Summarecon Bandung yang sempat tertunda. Sebelumnya, proyek perumahan yang berlokasi di Bandung Timur ini akan diluncurkan kuartal IV 2014.
SMRA membeli lahan seluas 270 hektare (ha) dan sudah mengantongi izin lahan sekitar 280 ha di Summarecon Bandung. Rencananya, SMRA akan meluncurkan dua tipe rumah tapak, yakni standar dan premium.
Tipe standar berukuran 105 meter persegi (m²) dan tipe premium 140 m². Harga jual rata-rata tanah diprediksi Rp 5 juta–Rp 6 juta per m². Sementara harga per unit berada di kisaran Rp 1 miliar-Rp 1,5 miliar. Summarecon Bandung rencananya hanya akan ditawarkan kepada penduduk Bandung, untuk menghindari spekulan asal Jakarta.
SMRA juga mulai ekspansi ke luar Pulau Jawa dengan membidik lahan di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Untuk membiayai ekspansi, tahun ini SMRA menerbitkan obligasi dan sukuk dengan total nilai Rp 1,1 triliun.
Hingga Oktober 2014, SMRA membukukan pra penjualan alias marketing sales Rp 3,6 triliun. Marketing sales SMRA telah memenuhi 80% target akhir tahun ini.
Marketing sales perusahaan ini sebagian besar berasal dari penjualan apartemen dan perumahan di kawasan Summarecon Serpong dan Bekasi. Johannes optimistis, SMRA dapat mengejar target marketing sales akhir tahun dengan mengandalkan proyek apartemen Midtown di kawasan Summarecon Serpong dan apartemen di Summarecon Bekasi. "Midtown di Serpong masih banyak yang belum terjual, sedangkan di Bekasi masih sisa setengah tower," papar dia.
Per kuartal III 2014 SMRA mengantongi laba bersih Rp 883,62 miliar, naik tipis 0,4% dari periode sama tahun lalu Rp 879,8 miliar. Laba bersih SMRA didukung oleh pendapatan yang naik 19,34% menjadi Rp 3,64 triliun.
Erlin Salim, Associate Director Fitch Ratings dalam riset menjelaskan, margin laba kotor melambat dalam 12 bulan terakhir karena pergerakan harga jual rata-rata di proyek utama SMRA melambat, seiring meningkatnya persaingan. Tapi, Fitch yakin, margin emiten properti akan stabil atau meningkat di tahun 2015. Harga saham SMRA turun 1,18% ke Rp 1.260 pada Jumat (14/11).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News