Reporter: Abdul Wahid Fauzi | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Rencana PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) melepas sebagian sahamnya guna menambah kepemilikan saham publik pada tahun ini bukan hanya isapan jempol. Buktinya, bank pelat merah ini sudah mengajukan tiga opsi penjualan saham tersebut kepada Kementerian BUMN, selaku wakil pemerintah yang menjadi pemegang saham mayoritasnya. "Kami sudah ajukan kemarin (Selasa)," katanya Pahala N. Mansyuri, Chief Financial Officer Bank Mandiri, di Jakarta, kemarin (10/2).
Dia mengungkapkan, tiga opsi tersebut adalah penawaran saham kedua (secondary offering), penjualan kepada investor strategis (private placement), dan kombinasi di antara kedua opsi tersebut.
Seperti Anda ketahui, Menteri Negara BUMN Mustafa Abubakar ingin menambah porsi kepemilikan saham publik di Bank Mandiri dan PT Bank BNI Tbk tahun ini. Tujuannya adalah mendapatkan insentif pajak sebesar 5%. Hal ini akan berdampak positif pada peningkatan laba bersih kedua bank pelat merah itu.
Nah, saat ini, pemerintah mengempit 66,8% saham BMRI. Sedangkan pemegang saham publik sebanyak 33,23%. Menurut Pahala, tujuan menambah porsi publik jadi 40% bisa tercapai dengan cara melepas 6,8% saham milik pemerintah melalui pola private placement.
Namun, dia tidak bisa memastikan opsi yang akan diambil. Bank Mandiri menyerahkan sepenuhnya keputusan akan hal itu kepada pemerintah. Jika nanti pemerintah memilih private placement, Pahala menjanjikan akan memprioritaskan investor lokal. "Saya berharap investor lokalnya bisa menyerap lebih banyak, di atas 50%," imbuhnya.
Sebelumnya, Direktur Utama Bank Mandiri Agus Martowardojo menyatakan, rencana penambahan porsi saham publik sudah tercantum dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) Bank Mandiri pada tahun ini. Jika tidak ada aral melintang, kemungkinan hajatan tersebut bisa terlaksana paling cepat pada kuartal kedua 2010.
Tapi, Pahala masih enggan mengungkapkan target waktu seleksi dan penunjukan penjamin emisi atau underwriter untuk membantu penjualan saham ke publik tersebut. "Semua tergantung pada pemerintah, kami akan pertimbangkan kondisi market," tandasnya. Apalagi, rencana tersebut harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Di sisi lain, ada kemungkinan BMRI akan menunda rencana penerbitan obligasi subordinasi (subdebt) senilai US$ 200 juta hingga US$ 300 juta pada tahun ini. Pasalnya, hingga akhir tahun lalu likuiditas BMRI dalam bentuk dollar Amerika Serikat (AS) masih sebesar US$ 2 miliar. "Jadi, ada kemungkinan bisa ditunda hingga tahun 2011 atau paling cepat semester kedua ini," kata Pahala.
Kepala Riset E-Trading Securities Betrand Raynaldi mengatakan, penambahan saham publik Bank Mandiri akan berdampak pada meningkatnya laba bersih perusahaan. Jika laba bersihnya naik, bisa membuat valuasi BMRI lebih murah. "Investor akan mengejar saham ini," imbuh dia. Selain itu, likuiditas sahamnya makin besar. "Jika harganya lebih menarik dari harga pasar, maka akan menguntungkan investor," kata Betrand. Kemarin, harga BMRI sebesar Rp 4.350 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News