Reporter: Dimas Andi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI) memandang pasar saham Indonesia masih bisa mengalami pertumbuhan kinerja yang positif hingga akhir tahun nanti. Direktur Utama MMI Alvin Pattisahusiwa memproyeksikan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) minimal bisa mencapai level di kisaran 6.600 pada akhir tahun ini.
Apabila risiko di pasar berkurang dan arus modal investasi asing terus masuk, bukan tidak mungkin kinerja indeks bakal lebih meningkat hingga ke level 7.100.
Dia juga mengatakan, potensi pertumbuhan IHSG juga didukung oleh kinerja laba bersih rata-rata emiten yang diperkirakan dapat mencapai 8% di tahun ini. Sebenarnya, angka ini berkurang dibandingkan kinerja laba rata-rata emiten di Indonesia pada tahun lalu yang bisa di atas 10%.
Baca Juga: IHSG turun tipis 0,02% ke level 6.295 pada penutupan perdagangan, Selasa (20/8)
“Namun, angka 8% ini masih positif dan lebih baik dari proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 5,2%. Maka dari itu, kinerja indeks masih bisa tumbuh,” terangnya.
Lebih lanjut, saham-saham dari sektor perbankan diperkirakan akan berkontribusi besar terhadap pertumbuhan IHSG. Ini mengingat sektor tersebut cukup diuntungkan oleh penurunan suku bunga acuan.
Berbekal sentimen tersebut, bank-bank dapat menurunkan suku bunga acuan kreditnya walaupun tidak dilakukan dalam jangka pendek.
Di samping itu, sektor konsumer ritel juga berpotensi tumbuh seiring mulai meningkatnya permintaan barang-barang konsumsi dari masyarakat.
Alvin juga menilai, sektor properti berpotensi pulih di sisa tahun ini akibat penurunan suku bunga acuan serta berakhirnya risiko politik yang sebelumnya sempat membuat investor khawatir.
Baca Juga: Manulife: Menyambut era suku bunga rendah, IHSG bisa ke 6.800
“Gencarnya pembangunan nasional dan rencana pemindahan ibu kota juga membuat kinerja sektor infrastruktur meningkat,” tambah dia.
Potensi kinerja yang positif dari sektor-sektor tadi diharapkan dapat menutupi risiko tertekannya kinerja saham-saham sektor komoditas. Sektor ini memang cenderung lesu karena harga komoditas yang terkoreksi akibat efek perlambatan ekonomi global dan perang dagang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News