Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Manajer investasi menambah porsi surat utang negara (SUN) dalam racikan portofolio reksadana. Kondisi ini tercermin pada data kenaikan SUN yang dipegang oleh para pelaku. Per 6 Oktober 2015, situs Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan mencatat, akumulasi SUN di reksadana mencapai Rp 61,91 triliun atau melambung 35,2% ketimbang akhir tahun lalu Rp 45,79 triliun.
Analis Sucorinvest Central Gani Ariawan menjelaskan, pemicu kenaikan ini adalah koreksi di pasar saham. Meski pasar SUN juga berbalut tren bearish, penyusutan yang terjadi lebih minim ketimbang IHSG, yang anjlok sekitar 14% sejak akhir tahun lalu.
Rata-rata harga obligasi pemerintah pada INDOBeX Government Clean Price turun 4,12% ketimbang akhir tahun lalu menjadi 105,74. Alhasil, sebagian investor baik institusi maupun ritel lebih gemar produk reksadana yang beraset dasar SUN, karena cenderung lebih aman. "Ini yang memicu manajer investasi menambah porsi SUN. Apalagi yield SUN seri acuan lagi naik beberapa saat lalu hingga mencapai angka 9%," kata Ariawan.
Jika pasar saham kembali bullish, kemungkinan para pelaku manajer investasi bakal memperbesar kembali porsi saham. Namun, strategi racikan portofolio ini masih bergantung pada jenis reksadana masing-masing. Pada reksadana pendapatan tetap yang aset dasarnya minimal 80% di instrumen obligasi, misalnya, manajer investasi kemungkinan bakal mempertahankan kepemilikan SUN.
Hingga pengujung tahun 2015, Ariawan optimistis, akumulasi kepemilikan SUN di reksadana bisa bertambah besar antara Rp 65 triliun- Rp 70 triliun. Apalagi tren penambahan jumlah reksadana baru sepanjang tahun 2015 cukup baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
