Reporter: Yuliana Hema | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembukaan ekspor ayam oleh Malaysia akan berimbas negatif bagi emiten perunggasan di Indonesia. Namun sampai akhir tahun ini, kinerja emiten unggas ini masih bisa positif.
Pada 11 Oktober 2022, Malaysia kembali membuka ekspor ayam lantaran pasokan dalam negeri sudah mulai kembali stabil. Pembukaan ini bakal jadi angin segar untuk Singapura yang umumnya bergantung pada impor.
Analis Pilarmas Investindo Johan Trihantoro menilai, pembukaan keran ekspor ini akan membatasi permintaan dalam negeri. Apalagi kalau ekspor dari Negeri Jiran itu berbentuk ayam hidup, ini akan membuat harga dan logistik lebih terjangkau.
"Namun, ekspor Malaysia yang dibuka sifatnya pelonggaran atau baru setengah dari total ekspor bulanan sehingga masih ada peluang untuk ekspor unggas dari dalam negeri," jelas Johan kepada Kontan.co.id, belum lama ini.
Baca Juga: Stok Ayam Bisa Menupuk, Peternak Khawatir Harga Jual Makin Rendah
Peluang juga masih akan datang dari kebijakan Singapura yang melakukan diversifikasi untuk memasok ayam. Johan menilai ini akan menjadi keuntungan bagi emiten unggas yang melakukan ekspor berupa karkas beku dan ayam olahan.
Sementara itu, Analis Sucor Sekuritas Benyamin Mikael menilai dibuka keran ekspor di Malaysia akan cenderung menjadi sentimen negatif bagi segmen poultry alias unggas ini, tapi tidak terlalu signifikan.
Setidaknya ada dua emiten yang mengantongi izin ekspor ayam ke Singapura, yakni PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA).
"Kalau Malaysia mulai ekspor lagi ke Singapura harusnya cenderung negatif, cuma porsi ekspor (dalam negeri) kan insignifikan," tutur Benyamin.
Di sisi lain adanya kenaikan inflasi turut membayangi kinerja para emiten unggas ini. Namun Benyamin menilai daya beli akan kembali stabil pada Desember mendatang ditambah adanya kebijakan culling.
Adapun pemerah telah menetapkan kebijakan penyeimbangan pasokan melalui pemusnahan alias culling akan menjadi sentimen positif bagi para emiten unggas Kebijakan ini mengantisipasi over supply daging ayam di November dan Desember.
"Dengan adanya culling seharusnya menjadi katalis positif untuk sektor poultry karena harga DOC dan broiler akan lebih tinggi," tandasnya.
Diantara saham sektor poultry, Benyamin menjagokan saham JFPA dengan target harga Rp 1.900. Sementara, Johan merekomendasikan saham CPIN dengan target Rp 6.500 per saham.
Baca Juga: Menimbang Efek Regulasi Culling dan Pembukaan Ekspor Malaysia Terhadap Emiten Unggas
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News