Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah makin loyo menghadapi dolar Amerika Serikat (AS). Rabu (19/10), di pasar spot, rupiah melemah 0,22% ke Rp 15.498 per dolar AS.
Sedangkan pada referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI), rupiah merosot 0,14% ke level Rp 15.491 per dolar AS.
Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri menyoroti, prospek kebijakan hawkish The Fed masih membuat mata uang dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang, tak terkecuali rupiah. Indeks dolar juga tetap bertengger di kisaran 113, mengindikasikan apresiasi dolar AS terus terjadi.
"Capital outflow juga terus berlanjut di pasar domestik sehingga belum mampu membuat rupiah melanjutkan penguatan," kata Reny kepada Kontan.co.id, Rabu (19/10).
Baca Juga: BI Menggelar RDG hari ini, Indikator Moneter Rupiah, CDS dan Yield SBN Memerah
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo punya pandangan serupa. Penguatan dolar AS hari ini terutama disebabkan oleh komentar pejabat The Fed yang cenderung hawkish dan mendukung kenaikan suku bunga.
Di dalam negeri, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI ditaksir akan menaikkan suku bunga pada pertemuan sebesar 25 basis points (bps). Meski begitu, keputusan RDG BI diprediksi tidak akan berdampak signifikan untuk mengangkat rupiah dari depresiasi.
Sutopo memperkirakan pergerakan rupiah berada di area Rp 15.480 - Rp 15.550 pada Kamis (20/10). "Pasar akan mencermati panduan dari BI, namun mungkin tidak terlalu memberi pengaruh besar terhadap rupiah," ujarnya.
Menurut Sutopo, pergerakan rupiah sangat dipengaruhi oleh sentimen global, terutama agresi The Fed untuk memerangi inflasi yang telah menempatkan dolar menjadi aset lindung nilai.
Sementara itu, Reny memprediksi pelaku pasar akan cenderung wait and see terhadap keputusan BI. Reny memproyeksikan akan ada kenaikan suku bunga sebesar 50 bps, mempertimbangkan ekspektasi dan laju inflasi yang semakin tinggi ke depan.
Reny memperkirakan hari ini rupiah akan diperdagangkan di kisaran Rp 15.425 - Rp 15.512. "Dengan katalis perkembangan eksternal yang cenderung menyebabkan capital flight sehingg masih menjadi faktor tekanan bagi rupiah," kata Renny.
Baca Juga: Chatib Basri Ungkap Penyebab Dolar AS Perkasa
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News