Reporter: Yuliani Maimuntarsih | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Harga batubara kian terpuruk. Pemangkasan stimulus moneter Amerika Serikat (AS) dan isu perlambatan ekonomi China menggerus harga komoditas ini.
Mengacu data Bloomberg, Selasa (4/2), harga batubara untuk kontrak pengiriman Maret 2014 di ICE Futures Europe turun 1,14% dibanding hari sebelumnya menjadi US$ 78,25 per metrik ton (MT). Ini merupakan level terendah sejak April 2009.
Jika dibandingkan dengan posisi penutupan akhir tahun lalu di US$ 85,95 per MT, harga emas hitam ini sudah tergerus sebesar 8,96%.
Analis Megagrowth Futures, Wahyu Tribowo Laksono bilang, saat ini, harga mayoritas komoditas energi memang sedang tenggelam. Pasar komoditas juga terseret koreksi yang terjadi di pasar saham. "Penyebabnya masih akibat pengurangan stimulus di AS. Itu mengancam pertumbuhan ekonomi global, terutama negara-negara berkembang, dan menjatuhkan harga komoditas," jelasnya.
Permintaan batubara sepanjang kuartal I-2014 diprediksi bakal menyusut. Ini imbas dari pelemahan data manufaktur di China dan AS. Maklum, China merupakan pengguna terbesar batubara di dunia. Jadi, ada kekhawatiran impor dari China menyusut. Apalagi, Pemerintah China mengerek besaran tarif bea masuk batubara.
Di sisi lain, pasar batubara global masih menghadapi kelebihan pasokan, akibat ekspansi kapasitas yang dilakukan produsen besar sejak beberapa tahun sebelumnya. "Batubara tertekan sejak lama, jadi berusaha keras untuk rebound," ujar Wahyu.
Tren masih bearish
Analis Samuel Sekuritas, Muhamad Alfatih memproyeksikan, tren turun harga batubara akan berlangsung dalam jangka panjang. Ia melihat, harga batubara mencoba menyentuh level support di US$ 76 per MT dalam dua sampai tiga bulan mendatang. Bahkan, level ekstrim bisa menjajal US$ 66 per MT.
Secara teknikal, harga masih berada di bawah moving average (MA) 5 mingguan, 21 mingguan, dan 34 mingguan. Ini menunjukkan tekanan terhadap batubara masih berlangsung. Indikator moving average convergence divergence (MACD) berada di bawah titik nol. Alfatih bilang, MACD sempat naik di 0,9, tapi tidak bertahan lama, karena untuk naik di atas nol sangat sulit. "Posisi MACD mulai melemah. Sementara, stochastic mulai turun sejak menyentuh level di bawah 50%," jelasnya.
Maka, Alfatih memprediksi, hingga pertengahan tahun ini, harga batubara masih akan bergerak melandai di kisaran US$ 75-US$ 85 per MT. "Ke depan, walaupun terjadi kenaikan, hanya bersifat sementara," ujarnya.
Wahyu sependapat. Ia bahkan menduga, outlook batubara masih melemah (bearish) dalam jangka menengah. "Jika sampai menembus level
US$ 74 per MT, harganya bisa jatuh hingga level US$ 70 per MT. Kemungkinan bisa terjadi pada semester pertama tahun ini," proyeksinya.
Adapun, hingga akhir pekan ini, Wahyu memprediksi, harga batubara akan bergulir di US$ 75-US$ 80 per MT.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News