kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

LTV longgar, berkah bisnis properti dan otomotif


Rabu, 20 Mei 2015 / 21:21 WIB
LTV longgar, berkah bisnis properti dan otomotif
ILUSTRASI. Asing Banyak Menadah Saham-Saham Ini Saat IHSG Terkoreksi, Rabu (6/12)


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Guna mendongkrak pertumbuhan ekonomi, Bank Indonesia (BI) memberikan stimulus pelonggaran rasio atas nilai agunan atau Loan to value (LTV) atas kredit kepemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan Bermotor (KKB) sebesar 10%.

Itu artinya debitur dapat menyetor uang muka atau down payment (DP) lebih rendah dari sebelumnya. Jika tadinya LTV kredit properti sebesar 70% atau uang muka 30%, maka dengan atutan ini uang muka akan turun jadi 20%. Namun ini hanya berlaku untuk pembelian rumah pertama.

Sementara LTV kendaraan bermotor roda dua saat ini adalah sebesar 75%, roda empat 70% dan roda tiga untuk keperluan produktif 80%.

Sejumlah analis melihat stimulus BI ini akan mendatangkan sentimen positif untuk tiga sektor yakni Properti, otomotif dan perbankan.

Thendra chrisnanda, analis MNC Securitas mengatakan dampak pelonggaran LTV ini terhadap industri properti nasional yang sangat besar. Jika di awal tahun pertumbuhan indutri diperkirakan hanya moderat di level 10% maka dengan adanya stimulus Thendra memperkirakan bisnis properti akan tumbuh 12%-14%.

Menurut Thendra, dampak terbesar akan dinikmati oleh emiten-emiten yang yang memiliki porsi penjualan dengan fasilitas KPR yang besar.

Data emiten properti raksasa yang memiliki eksposure penjualan lewat KPR yang cukup besar pada tahun 2014 diantaranya ada PWON dengan porsi 25% terhadap total penjualan, CTRA 30% dan ASRI 30%. Sementara SMRA hanya memiliki porsi 5%.

Untuk sementra ini, Thendra memprediksi laba bersih CTRA hingga akhir tahun akan mencapai Rp 1,489 triliun setelah aturan ini naik dari perkiraan sebelumnya sebesar Rp 1,42 triliun.

Senada, Hans Kwee, direktur Investa saran Mandiri menilai dampak pelonggaran LTV akan sangat positif terhadap sektor properti. "Apalagi sebagian besar pengembang mengeluh tak ada pergerakan bisnis properti sejak awal tahun," kata Hans.

Dia bilang dengan aturan ini maka penjualan properti akan mengalami peningkatan. Dia memperkirakan industri properti akan tumbuh hinggsa 15% naik dari perkiraan sebelumnya yakni dikisaran 10%-12%.

Kendati demikian, Hans menilai tantanga properti masih besar karena kenaikan harga terlalu cepat tak sebanding dengan kenaikan daya beli masyarakat. Sedangkan Menurut Thendra properti masih dibayangi tantangan ketidakpastian perhitungan pajak (PPnBM), nilai tukar yang berpengaruh pad harga bahan material impor, dan situasi makro ekonomi.

Dampak Stimulus BI ini juga membawa sentimen positif terhadap sektor otomotif. Hanya saja menurut Thendra maupun Hans, dampaknya tak akan sebesar pada sektor properti. Hans melihat, dampak positif pelonggaran LTV tak terlalu besar pada otomotif lantaran selama ini para penjualan kendaraan masih bisa mengakali aturan uang muka dengan mendiskon uang muka kredit penjualan.

Thendra bilang, keuntungan yang diterima sektor otomotif tak terlalu besar dari aturan ini karena perlambatan daya beli konsumen otomotif masih sangat besar dan ditambah sentimen negatif dari rencana aturan PPn Tol yang akan dibebankan pada pemilik kendaraan. Dia memperkirakan penjualan kendaran roda empat hanya akan tumbuh menjadi 1,2 juta hingga akhir tahun dan roda dua diperkirakan akan turun dari 7 juta menjadi 6 juta-6,4 juta.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×