Reporter: Hendrika Yunapritta | Editor: Hasbi Maulana
KONTAN.CO.ID - SURABAYA. Lo Kheng Hong berkisah, ada temannya yang sudah 10 tahun cuci darah dan minta rekomendasi saham yang layak dibeli dengan sisa tabungan Rp 500 juta miliknya. Saat itu Lo merekomendasikan saham satu emiten komoditas yang sahamnya juga dia miliki.
"Waktu itu harga sahamnya seribuan, setahun kemudian jadi Rp 20.000. Teman saya uangnya jadi Rp 7 miliar. Orang sakit saja mau lho, investasi saham. Kok Anda yang sehat enggak mau?" kata dia.
Lo Kheng Hong menceritakan kisah inspiratif itu dalam sesi talkshow Festival Pasar Modal 2019 oleh Bursa Efek Indonesia di Dyandra Convention Surabaya, Sabtu, 27 April 2019, kemarin.
Oleh karena itu, Lo wanti-wanti agar para hadirin jangan menjadi koruptor. "Jangan jadi koruptor, jadilah investor," pesan dia.
"Jadi koruptor, biar pun cuma korupsi kecil-kecil, nanti juga tertangkap. Mending jadi investor saja, duitnya lebih banyak, enggak ditangkap lagi," kata Lo Kheng Hong, investor pasar modal yang sering disebut sebagai Warren Buffetnya Indonesia.
Lo setia mendekap saham-saham yang dia miliki dari pasar modal Indonesia karena beberapa alasan.
Pertama, gara-gara latarbelakang keluarganya miskin dan sulit, ia tak ingin orang-orang mengalami hal yang sama.
Kedua, pasar modal Indonesia membuat perusahaan-perusahaan lokal berhasil menggenjot kinerja mereka serta merekrut lebih banyak tenaga kerja. "Membuka lapangan kerja baru, sehingga makin banyak orang sejahtera," ujar Lo, pria kelahiran Kalimantan, yang ayahnya dulu adalah pemecah kelapa ini.
Selain itu, ketiga, Lo bilang, perusahaan terbuka adalah pembayar pajak terbesar di Indonesia. Pajak merupakan salah satu faktor untuk menggenjot ekonomi negara.
Keempat, di sisi lain, menurut riset-riset yang ditemukan Lo, bursa saham Indonesia adalah pemberi keuntungan terbesar di dunia, dibanding dengan bursa negara lain.
Makanya, sampai sekarang Lo tetap setia berinvestasi saham. Sampai-sampai ia bilang hanya tertarik dengan saham saja. "Saham is my best choice," ujarnya.
Lo emoh investasi emas karena buatnya emas tidak akan bertambah banyak. "Kita beli satu kilo, ditinggal tidur, nanti bangun tetap 1 kilo. Beda dengan saham," ujarnya.
Dia juga bilang enggan main valas. "Kalau main valas, nanti saya berharap terus rupiah melemah," sambungnya.
Ketika satu dari sekitar 1.200-an hadirin talkshow bertanya sinyal apa dan grafik yang bagaimana yang bikin Lo memutuskan membeli satu saham, dia menjawab dengan enteng, "Saya enggak pernah lihat grafik!"
Lukas Setia Atmaja, pengajar investasi dan keuangan di Universitas Prasetiya Mulya, mengatakan, bahwa salah satu modal Lo berinvestasi saham adalah kesabaran.
"Dia pernah pegang saham yang lima tahun rugi terus, merah terus .. Itu kalau enggak sabar, pasti sudah cutloss," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News