Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Perusahaan pengembang properti, PT Lippo Cikarang Tbk mencatatkan pendapatan tahun 2016 sebesar Rp 1,54 triliun. Angka tersebut menurun 27% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 2,12 triliun. Sementara itu, perusahaan membukukan laba usaha tahun 2016 sebesar Rp 529,73 miliar.
Pencapaian dan kinerja 2016 tersebut, sebagai dampak realisasi penjualan yang berkurang di segmen properti hunian dan komersial, tercatat penurunan pendapatan bisnis properti sebesar 32%. Sehingga Lippo Cikarang mencatat penurunan total pendapatan sebesar 27% dari Rp 2,12 triliun menjadi Rp 1,54 triliun.
Namun, pendapatan perusahaan berkode emiten LPCK di Bursa Efek Indonesia itu dari kinerja bisnis non-properti meningkat sebesar 10%, dari Rp 237 miliar menjadi Rp 267 miliar. Peningkatan berasal dari pendapatan pengelolaan kota karena semakin bertambah luasnya area komersial.
Penurunan margin keuntungan dari segmen properti industrial Delta Silicon 8 mengakibatkan penurunan laba kotor sebesar 36% dari Rp 1,11 triliun menjadi Rp 711 miliar. Laba bersih Perseroan turun sebesar 40% dari Rp 915 miliar menjadi Rp 540 miliar.
Pendapatan dari Divisi Residensial dan Apartemen tercatat sebesar Rp 703 miliar atau berkontribusi 46% dari total pendapatan. Sedangkan pendapatan dari Divisi Industri dan Komersial masing-masing sebesar Rp 240 miliar dan Rp 336 miliar, berkontribusi 37% dari total pendapatan.
Sebagai catatan, kinerja recurring income naik 12%, dari Rp 237 miliar menjadi Rp 267 miliar dan memberikan kontribusi sebesar 17% terhadap total pendapatan.
"Sepanjang tahun 2016, strategi bisnis kami juga terus berfokus pada recurring income melalui pembangunan properti dan sinergi dengan pihak lain," ujar Toto Bartholomeus, Presiden Direktur LPCK dalam keterbukaan informasi, Senin (6/3).
Total aset tumbuh 3% dari Rp 5,47 triliun menjadi Rp 5,65 triliun. Sedangkan nilai kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp 4,1 triliun atau setara US$ 314,6 Juta. "Dalam upaya merealisasikan rencana bisnis, kami menghadapi kendala yang berasal dari faktor eksternal karena perlambatan ekonomi sehingga berpengaruh pada pertumbuhan industri properti secara umum," tambahnya.
Selain itu, kebijakan yang diterbitkan pemerintah terkait dengan insentif untuk meningkatkan pasar properti, menurutnya, agak terlambat sehingga kehilangan momentum. Namun, pihaknya optimistis, pertumbuhan makro ekonomi membaik pada 2017 dan akan mendorong pergerakan sektor properti. "Selain itu, properti masih menjadi instrumen investasi yang menguntungkan," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News