Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Yuwono Triatmodjo
JAKARTA. Saham PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO) semakin tak dipercayai investor seiring banyaknya kejanggalan dalam laporan keuangannya. Ini terlihat dari performa harga saham GTBO yang sangat buruk dalam perdagangan dua hari ini.
Pada Kamis (5/9), Bursa Efek Indonesia (BEI) secara resmi mencabut suspensi saham GTBO yang telah diberlakukan sejak 23 Mei 2013. Di awal perdagangan, GTBO dibuka di harga Rp 2.300 per saham, yang merupakan level terakhir ketika suspensi diberlakukan BEI.
Sayang, pada penutupan di hari perdana pascasuspensi, harga GTBO langsung amblas 26,09% ke level Rp 1.700 per saham. Badai saham GTBO ternyata kembali berlanjut di perdagangan Jumat (6/9) kemarin.
GTBO kembali masuk jajaran top losers dengan ditutup memerah 18,82% di harga Rp 1.380 per saham. Jika dihitung secara kumulatif, harga GTBO sudah amblas 38,66% dalam dua hari perdagangan saham sejak berakhirnya masa suspensi.
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada menilai, buruknya performa GTBO setelah suspensi membuktikan bahwa investor sudah tidak percaya untuk berinvestasi di saham produsen batubara tersebut. "Investor semakin waspada untuk bermain di GTBO karena tata kelola perusahaan itu sangat buruk," ungkap Reza, Jumat (6/9). Sedari awal, laporan keuangan GTBO memang sangat mencurigakan.
Di tengah masa berkabung industri batubara, kinerja GTBO malah melesat drastis lantaran mendapatkan kontrak penjualan 10 juta ton batubara kepada pembeli asal Timur Tengah, Agrocom Ltd.
Nilai kontrak mencapai US$ 250 juta yang seharusnya dibayarkan dalam tiga tahap. GTBO telah menerima pembayaran tahap I senilai Rp 711,15 miliar atau setara US$ 75 juta dari Agrocom. Pembayaran tersebut kemudian dibukukan sebagai penjualan atas hak pemasaran (sales of marketing rights).
Pembukuan itu bahkan sudah dilakukan sejak laporan keuangan GTBO per Juni 2012. Pos itulah yang membikin kinerja keuangan GTBO melesat tinggi, padahal emiten batubara lain tengah sekarat.
Ambil contoh, kinerja keuangan GTBO per Juni 2012. Akibat pembayaran kontrak dari Agrocom, GTBO meraih kenaikan pendapatan 3.075% year on year (yoy) menjadi Rp 1,15 triliun. Imbasnya, laba bersih GTBO di semester I-2012 turut melambung 7.294% yoy menjadi Rp 939,81 miliar.
Belakangan, Agrocom ternyata membatalkan kontrak tersebut lantaran kian memburuknya harga batubara dunia. Pembatalan tersebut tentu membuat GTBO tidak bisa lagi mengakui pembayaran kontrak dalam laporan keuangannya. GTBO bahkan harus mengakui utang usaha kepada Agrocom senilai 90% dari Rp 711,15 miliar. Inilah yang menjadi alasan BEI untuk mensuspensi saham GTBO pada 23 Mei 2013 lalu.
Kini selepas suspensi dicabut, masalah GTBO tidak lantas selesai. Publik dan otoritas wajib semakin waspada mengamati sepak terjang GTBO. Dalam paparan publik insidentil yang digelar Senin (2/9), Pardeep Dhir, Komisaris GTBO mengklaim, perusahaan telah meraih kontrak penjualan batubara baru sebayak 5,1 juta ton. Kontrak itu berlaku 12 bulan sejak Juli 2013.
Manajemen GTBO terkesan tidak transparan mengungkapkan detail kontrak tersebut. Pardeep tidak bersedia mengumumkan identitas empat pembeli yang terlibat dalam kontrak tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News