Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar surat utang Indonesia awal tahun ini bergairah. Dalam lelang surat utang negara (SUN) perdana tahun ini, penawaran dari investor mencapai Rp 86,21 triliun. Pemerintah pun bisa menyerap dana secara maksimal, yakni Rp 25,50 triliun.
Analis Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra mengatakan, jumlah penawaran yang masuk dalam lelang awal tahun ini sangat tinggi. Sebagai perbandingan, pada lelang awal tahun lalu, jumlah penawaran yang masuk hanya Rp 36 triliun.
Menurut Made, lelang SUN kali ini ramai karena investor berlomba mendapatkan seri benchmark di pasar perdana. "Ada kebutuhan akan seri benchmark, mau tidak mau investor yang butuh untuk trading cari di pasar perdana," kata Made, Rabu (3/1).
SUN seri FR0064 dan FR0063 mendapat jumlah penawaran terbesar, yaitu Rp 23 triliun dan Rp 21 triliun. Kedua seri ini terakhir dilelang pada 2013. Namun, permintaan kedua seri tersebut kali ini sangat tinggi.
Menurut Made, hal ini terjadi karena banyak investor yang ingin menjual seri tersebut di tahun sebelumnya, tetapi belum menyentuh harga ketika mereka membeli di 2013. Sedangkan, kondisi yield saat ini rendah, mirip seperti di 2013 sehingga investor masuk ke seri ini lagi.
Made menyebut seri FR0063 dan FR0064 memiliki harga di bawah 100%. Sehingga, sepanjang harga masih di bawah par, investor punya kesempatan mendapat harga diskon dari seri tersebut. Di sisi lain, pemerintah pun menyerap tinggi lelang kali ini. Made melihat yield yang ditawarkan juga cukup kompetitif, sehingga wajar penyerapan bisa maksimal.
Made memprediksi lelang SUN ke depan masih akan ramai. Investor masih akan memburu SUN dengan tenor menengah dan panjang karena pasar melihat prospek surat utang Indonesia positif.
"Masih ada peluang Moody's menaikkan peringkat, ini jadi katalis positif," kata Made.
Kenaikan peringkat membuat surat utang Indonesia menjadi incaran investor asing. "Kondisi ini akan membantu pasar surat utang Indonesia dalam menghadapi tren pengetatan moneter bank sentral dunia," kata Made.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News