Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve diperkirakan akan mempengaruhi lelang surat berharga syariah negara (SBSN) atau sukuk negara, Selasa depan (28/7). Analis memprediksi investor akan meminta yield tinggi.
"Terlihat ada tekanan terhadap SBN (surat berharga negara) akibat potensi kenaikan Fed rate di September 2015," ujar Vice President Investment Quant Kapital Investama Hans Kwee, Jakarta, Kamis (23/7).
Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) mencatat rata-rata harga obligasi pemerintah yang ditunjukkan oleh INDOBeX Goverment Clean Price minus 1,56% secara year to date. Sedangkan rata-rata yield atau INDOBeX Goverment Effective Yield naik 3,28% pada periode yang sama.
Pemerintah menargetkan bisa menyerap dana Rp 2,5 triliun dari lelang sukuk negara tersebut. Dalam lelang ini, pemerintah menawarkan empat seri lawas dan satu seri baru.
Seri lawas antara lain, SPN-S15012016 (reopening) dengan imbalan diskonto dan jatuh tempo 15 Januari 2016. Seri ini menggunakan underlying asset barang milik negara berupa tanah dan bangunan.
Kemudian, seri PBS006 (reopening) yang akan jatuh tempo 15 September 2020. Seri ini membagikan imbalan 8,25%.
Seri PBS007 (reopening) ditawarkan dengan imbalan 9% dan akan jatuh tempo 15 September 2040. Serta seri PBS008 (reopening) yang akan jatuh tempo 15 September 2016 dengan imbalan 7%.
Adapun satu seri anyar merupakan project based sukuk (PBS) seri009 yang akan jatuh tempo pada 25 Januari 2018. Seri PBS menggunakan undelying asset proyek atau kegiatan dalam APBN-P tahun 2015.
Hasil lelang akan diumumkan pada hari yang sama pada pelaksanaan lelang. Sedangkan setelmen akan dilakukan pada 30 Juli 2015.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News