Reporter: Kornelis Pandu Wicaksono | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Tekanan harga jual batubara membuat PT Adaro Energy Tbk (ADRO) harus melakukan efisiensi. Manajemen Adaro, memilih mengembangkan sistem overburden out of pit crushing and conveying system (OPCC) dan membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
Sistem OPCC sudah selesai 96% di akhir Desember 2012. ADROberharap, sistem ini bisa beroperasi Mei 2013. Sistem baru ini akan menghemat biaya penambangan yaitu dalam proses pembuangan lapisan tanah.
Pembangungan PLTU berkapasitas 2x 30 megawatt (MW) juga akan menekan biaya operasional. Sebab, bahan bakar minyak yang biasa dipakai Adaro menyumbang 25% dari biaya operasional. Proyek ini direncanakan mulai beroperasi bulan ini.
Yasmin Soulisa, analis BNI Securities mengatakan, langkah ini cukup positif. “Intinya dia tahun ini ingin menurunkan cash cost,” ungkap dia.
Analis Samuel Sekuritas, Yualdo Yudoprawiro mengatakan, OPCC dan PLTU sangat berguna menghemat bahan bakar. OPCC berperan mengurangi beban bahan bakar pengangkutan, sedangkan PLTU mengurangi beban operasional tambang. “Salah satu concern tambang adalah biaya bahan bakar,” tegas dia.
Yualdo memperkirakan, proyek baru ini dapat menekan biaya hingga US$ 17 juta. Namun, ia tidak bisa memperkirakan, margin usaha yang akan diperoleh ADRO karena proyek ini masih dalam tahap pengembangan. Menurut dia, margin sangat tergantung harga batubara. "Semakin bagus harganya maka margin juga semakin bagus," jelas dia.
James Wahjudi, analis Sinarmas Sekuritas mengatakan, OPCC ini memiliki kapasitas 34 juta bank cubic meter (bcm) per tahun. Sedangkan, biaya yang dapat dihemat dari OPCC adalah US$ 1 - US$ 1,2 per bcm. Namun, menurut dia, penurunan biaya akan kurang optimal di tahun ini. Sebab, OPCC baru akan beroperasi di kuartal dua.
Sementara, pembangunan PLTU, kata James, bisa mengurangi ketergantungan Adaro pada minyak. Sebab, dengan menggunakan PLTU, bahan bakar bisa dari suplai produksi batubara sendiri.
Para analis memproyeksi, target produksi batubara Adaro sebanyak 50 juta hingga 53 juta ton di tahun ini akan terjaga. Namun, Yualdo menduga, meski Adaro berhasil menjual 50 juta ton di tahun ini, laba bersih Adaro masih akan turun menjadi US$ 296 juta di tahun ini. Angka tersebut turun 23% dari realisasi akhir tahun lalu US$ 385 juta
Sejatinya, Adaro berpotensi mendapat peningkatan pendapatan dari hasil proyek yang ditangani. Adaro sedang mengikuti tender proyek pembangkit listrik berkapasitas 3x600 MW di Sumatera Selatan. Tak hanya proyek tersebut, Adaro juga mengikuti proyek PLTU lain seperti di Jawa Tengah dan Kalimantan Selatan.
James memperkirakan, ADRO dapat menaikkan profit margin 2% - 3% di tahun ini akibat proyek baru. James mengasumsikan harga batubara akan meningkat di akhir tahun. “Nantinya harga batubara bisa rebound di kuartal III atau IV,” harap dia.
Dus, James merekomendasi beli saham ADRO di Rp 1.670. Sedangkan, Yualdo dan Yasmin merekomendasikan hold. Yualdo memberi target di Rp 1.380, dan Yasmin memasang target di Rp 1.450. Kemarin, harga ADRO naik 0,78% ke Rp 1.290 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News