kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indeks IDMA sentuh level terendah 2012


Kamis, 07 Juni 2012 / 10:41 WIB
Indeks IDMA sentuh level terendah 2012


Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Maraknya aksi jual obligasi pemerintah benchmark tenor panjang menyebabkan harga obligasi pemerintah melorot, kemarin. Indeks Inter Dealer Market Association (IDMA) sebagai acuan harga obligasi pemerintah jatuh ke level terendah di tahun ini.

Pada penutupan perdagangan Rabu (6/6), indeks IDMA turun ke posisi 105,13, dari 105, 27 pada hari sebelumnya. Ini merupakan koreksi untuk hari yang ketiga di pekan ini.

Adapun, harga Surat Utang Negara (SUN) seri benchmark FR0062 bertenor 30 tahun juga terkoreksi di level terendah tahun ini, yaitu di 87,52, dari sebelumnya di 87, 75.

Analis Obligasi UOB Securities Agus Salim menuturkan, saat ini investor menyelamatkan posisi dengan memperkecil durasi investasinya. Mereka mempertimbangkan yield yang akan melonjak di kemudian hari . "Jika yield naik, maka obligasi yang harganya akan terkoreksi banyak adalah yang bertenor panjang," kata Agus kepada KONTAN, Kamis (7/6).

Oleh karena itu, investor cenderung banyak menjual obligasi pemerintah tenor panjang, dan membeli obligasi bertenor pendek.

CDS mulai melandai

Di sisi lain, jika menengok resiko berinvestasi dalam Credit Default Swap (CDS) bertenor 10 tahun terus turun dalam dua hari terakhir. Kemarin (6/6), CDS 10 tahun berada di level 275.

Kata Agus, posisi CDS memberikan sinyal kualitas kredit yang membaik atau menurunnya risiko investasi global bond di Indonesia. Walaupun CDS turun, tapi investor masih melihat resiko forex pada obligasi rupiah. Sedangkan di global bond tidak ada resiko forex. "Selama rupiah masih terhadang oleh tren pelemahan, investor asing masih berfikir panjang untuk masuk pasar obligasi rupiah," urainya.

Walaupun, pagi ini, harga beberapa seri benchmark sudah mulai naik, namun Agus memprediksi, pasar obligasi masih di tren volatilitas yang cukup tinggi. Dia bilang, saat ini spread antara obligasi tenor panjang dan tenor pendek masih melebar. Ini menandakan investor masih wait and see.

"Menunggu mendapatkan harga dan yield yang ideal bagi mereka sehingga mereka yakin masuk pasar lagi," imbuh Agus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait



TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×