Reporter: Rizki Caturini | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pertumbuhan laba industri manufaktur China melambat untuk bulan ketiga berturut-turut pada bulan Juli 2018. Tren ini merupakan indikasi lebih lanjut bahwa permintaan terhadap barang buatan China melandai akibat ketegangan perdagangan negeri itu dengan Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan riset Nomura, melemahnya konsumsi, meningkatnya kredit macet, biaya pendanaan yang tinggi serta meningkatnya ketegangan perdagangan antara China-AS kemungkinan akan menekan pertumbuhan laba perusahaan China lebih jauh dalam beberapa bulan mendatang.
"Kami melihat ekonomi China akan memburuk," demikian kesimpulan tim analis Nomura dalam laporan riset yang dikutip Reuters.
Data dari Biro Statistik Nasional China mengatakan, keuntungan industri pada bulan Juli naik 16,2% dari tahun sebelumnya menjadi 515,12 miliar yuan (US$ 74,94 miliar). Pertumbuhan tersebut turun dari pertumbuhan pada Juni 2018 yang sebesar 20% year on year (yoy).
Juru bicara Biro Statistik Nasional China, He Ping mengatakan, pertumbuhan laba melambat pada Juli karena inflasi harga barang terbilang moderat. Selama tujuh bulan pertama tahun ini, perusahaan di China melaporkan laba sebesar 3,9 triliun yuan, naik 17,1% dari periode yang sama tahun lalu.
Inflasi melambat
Kontributor terbesar datang dari produsen dan penyuling bahan baku seperti perusahaan minyak dan pabrik baja, yang menyumbang sekitar dua pertiga keuntungan. Sementara perusahaan yang memiliki skala lebih kecil menghadapi kondisi bisnis yang jauh lebih ketat, yang menekan margin laba.
Di lain sisi pertumbuhan laba sektor peleburan dan pengolahan logam non-besi, furnitur, kereta api dan manufaktur pesawat jatuh selama periode yang sama dari tahun sebelumnya.
Serentetan data yang lebih lemah dalam beberapa bulan terakhir telah menunjukkan pertumbuhan investasi telah melambat ke rekor terendah. Konsumen juga menjadi lebih berhati-hati untuk membuat pengeluaran. Pertumbuhan produksi industri juga tidak agresif.
Inflasi harga pabrik China melambat pada bulan Juli di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi. Para ekonom memperkirakan tarif yang dikenakan China untuk barang-barang dari AS akan menambah tekanan harga yang lebih dalam untuk beberapa bulan ke depan.
Sebelumnya China Petroleum & Chemical Corp. alias Sinopec sebagai pengilang terbesar di negara itu, melaporkan laba kuartalan terbaiknya dalam beberapa tahun. Ini ditopang oleh bisnis hulu dan pemurnian yang mencetak peningkatan laba.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News