Reporter: Vina Elvira | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penjualan PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD) meningkat di semester I-2022. Meski penjualan naik, laba bersih Garudafood masih turun akibat tertekan kenaikan harga bahan baku.
Di semester I 2022, Garudafood meraup penjualan Rp 5,18 triliun atau tumbuh 23,8% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 4,18 triliun.
Mengutip siaran pers yang diterima Kontan.co.id, Jumat (29/7), pertumbuhan penjualan GOOD selama periode enam bulan pertama 2022 ditopang penjualan makanan. Utamanya dari kategori snack, dairy dan biskuit (wafer stick) yang memberikan kontribusi sebesar 87,7% dari seluruh porsi penjualan dengan tingkat pertumbuhan sebesar 24,9%. Sedangkan penjualan segmen minuman tumbuh 16,5%.
Direktur Garudafood Putra Putri Jaya Paulus Tedjosutikno mengatakan, penjualan domestik tercatat naik sebesar 24,4%, sementara di pasar ekspor tumbuh 11,6%.
Dari sisi bottom line, laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk Garudafood turun 10,5% di semester I 2022. Namun lebih baik dibandingkan dengan kuartal I-2022 yang turun sebesar 24%.
Baca Juga: Era Inflasi Tinggi Menjadi Beban Ekonomi, Pengusaha Mulai Mengerek Harga Jual Produk
Adapun, penurunan ini utamanya dipengaruhi kenaikan harga beberapa komoditas bahan baku sebagai dampak kondisi pandemi dan konflik Rusia dan Ukraina yang berkepanjangan sehingga memicu kelangkaan kontainer, tingginya freight cost dan kelangkaan bahan baku.
Kenaikan harga yang terjadi sangat cepat dan tidak terkendali ini (hiperinflasi) sudah dirasakan Garudafood sejak semester II-2021 sehingga biaya produksi juga ikut terimbas naik.
"Kami bersyukur atas pertumbuhan penjualan di semester I tahun ini yang jauh lebih baik dari tahun sebelumnya meskipun diterpa tantangan harga komoditas yang kian melonjak. Hal ini ditunjang dengan semakin pulihnya ekonomi Indonesia karena penanganan Covid-19 yang semakin baik oleh pemerintah sehingga mobilitas masyarakat juga semakin tinggi," ujar Paulus, dalam keterangan resminya.
Dia melanjutkan, tantangan Garudafood saat ini adalah menghadapi kenaikan harga bahan baku yang belum dapat diprediksi kapan akan berakhir.
Untuk menyiasati kondisi tersebut, Garudafood melakukan berbagai upaya. Antara lain, kontrak jangka panjang untuk mendapatkan harga yang stabil dan jaminan pasokan serta meningkatkan persediaan untuk mengantisipasi gangguan di jalur logistik bahan baku sehingga kelangsungan proses produksi tidak sampai terganggu.
Garudafood memfokuskan menggenjot pertumbuhan volume penjualan untuk produk di kategori fast-moving. Caranya, dengan melakukan ekspansi jalur distribusi, serta digitalisasi sektor logistik. Sebagai upaya akhir, Garudafood telah menaikkan harga jual per kg secara bertahap untuk produk produk di kategori tertentu sejak Januari 2022.
"Kami optimistis pada akhir 2022 kami mampu mencapai pertumbuhan penjualan dan laba bersih yang lebih baik dibandingkan tahun lalu,” kata Paulus.
Baca Juga: Kenaikan Harga Bahan Baku Pengaruhi Harga Jual Produk Garudafood di Semester I-2022
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News