kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.782   14,00   0,09%
  • IDX 7.495   15,66   0,21%
  • KOMPAS100 1.160   5,20   0,45%
  • LQ45 920   6,64   0,73%
  • ISSI 226   -0,42   -0,18%
  • IDX30 475   4,07   0,87%
  • IDXHIDIV20 573   5,09   0,90%
  • IDX80 133   0,84   0,63%
  • IDXV30 140   1,19   0,85%
  • IDXQ30 158   1,00   0,64%

Laba emiten Grup Salim kembali menebal


Jumat, 02 Mei 2014 / 06:22 WIB
Laba emiten Grup Salim kembali menebal
ILUSTRASI. Film Lady Chatterley's Lover, salah satu film klasik populer yang diadaptasi dari novel klasik karya D.H. Lawrence.


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. Grup Salim menorehkan kinerja ciamik sepanjang Kuartal I 2014. Kontribusi dari lini usaha baru dan membaiknya harga komoditas turut menopang pertumbuhan kinerja pada periode tersebut.

Dalam tiga bulan pertama tahun ni, pendapatan bersih PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) tercatat naik hingga 26,9% menjadi Rp 16,36 triliun, dari sebelumnya Rp 12,89 triliun. 

Yang menarik, laba bersih INDF meroket tinggi hingga 90,1% menjadi Rp 1,37 triliun. Bandingkan laba bersih pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 722,36 miliar. Dus, laba per sahamnya pun tumbuh dua kali lipat menjadi Rp 156 per saham dari sebelumnya Rp 82 per saham.

Moncernya kinerja ini disebabkan membaiknya kinerja lima kelompok bisnis INDF.  Anthoni Salim, Direktur Utama INDF menjabarkan, Grup makanan bermerek di bawah kendali PT Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) masih memberi kontribusi terbesar terhadap pendapatan perseroan.

ICBP menorehkan kenaikan laba sebesar 7% menjadi Rp 688,6 miliar. Penjualannya pun naik 20,7% menjadi Rp 7,36 triliun. ICBP pun menyumbang 44% terhadap total pendapatan INDF. ICBP sendiri memang getol berekspansi lewat jalan akuisisi. Bahkan, ICBP mulai mengantongi cuan dari bisnis barunya di sektor minuman. Sayangnya, margin laba bersih ICBP turun menjadi 9,4% dari 10,6%. Tekanan margin ini disebabkan kenaikan bahan baku sejak tahun lalu. 

Di sisi lain, grup bogasari yang memproduksi tepung menyumbang pendapatan sebesar 25%. Penjualan dari bisnis ini naik 17,4% karena adanya kenaikan volume penjualan dan harga jual rata-rata. Sementara Grup Distribusi menyumbang pendapatan sebesar 7% terhadap total penjualan.

Lini usaha agribisnis yang sebelumnya menekan kinerja INDF pun mulai mengalami pemulihan. Grup Agribisnis mencatkan kenaikan penjualan sebesar 1,5% dan berkontribusi 16% terhadap pendapatan INDF. 

Kinerja ciamik datang dari anak usahanya di bisnis olehan CPO, PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP).  Laba SIMP naik hingga 92,44% menjadi Rp 192,06 miliar. Sementara pendapatannya naik dari Rp 3,09 triliun menjadi Rp 3,17 triliun. 

Anthoni bilang, hal Ini disebabkan naiknya volume penjualan, mulai dari CPO, karet, gula, minyak goreng, margarin, dan minyak kelapa. Volume penjualan CPO juga naik dari 208.000 ton menjadi 213.000 ton. 

Sementara PT London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP) membukukan kenaikan laba hingga dua kali lipat dari Rp 100,5 miliar menjadi Rp 223,62 miliar. Pendapatannya juga tumbuh menjadi Rp 1,2 triliun dari sebelumnya Rp 912,08 miliar.

Kontribusi Positif dari Minzhong

Strategi INDF mengakuisisi seluruh saham China Minzhong juga membuahkan hasil manis. Hingga Maret 2014, kontribusi penjualan dari perusahaan pengolah sayuran ini sebesar Rp 1,34 triliun. Dengan begitu, anak usaha baru ini sudah berkontribusi 8% terhadap total penjualan INDF. 

Meski INDF juga membukukan kenaikan beban operasional, laba usaha INDF tetap tumbuh 46,6% menjadi Rp 1,96 triliun. Margin laba bersih juga naik menjadi 8,4% dari 5,6%. Namun, jika tidak memperhitungkan akun non-recurring dan selisih kurs, core profit INDF naik 24,3% menjadi Rp 925,1 miliar. 

"Dalam beberapa bulan ke depan, harga komoditas masih dapat naik karena potensi terjadinya El Nino," ujar Anthoni, Rabu (30/4). Dia bilang, untuk mempertahankan kinerjanya, INDF juga akan melakukan ekspansi ke berbagai kategori usaha baru.

Akhmad Nurcahyadi, Kepala Riset Recapital Securities mengatakan, positifnya kinerja INDF didukung dari diversifikasi produk yang dilakukan. Kinerja ini in-line dengan ekspektasi analis. Menurutnya, ICBP masih akan menjadi denyut nadi bisnis INDF. Namun, yang tak kalah potensial adalah dari bisnis sayuran yang digarap Minzhong. "Pertumbuhan dari bisnis baru ini ternyata memang cukup besar kontribusinya," ujar dia. 

Ia menilai, margin INDF pun bisa tumbuh tinggi lantaran penjualannya cukup agresif. Jadi, lonjakan beban dan utang belum mampu mengganggu kinerja INDF atau memberikan tekanan terhadap arus kas yang kuat. "Kalau utang tinggi tetapi pertumbuhan penjualan tinggi, tak jadi masalah," kata dia. 

Dia bilang, kinerja INDF masih bakal bergantung dari pergerakan raw material dan nilai tukar. Meski ongkos bahan baku masih akan naik, INDF masih akan bertahan. Sehingga, ia yakin di akhir tahun kinerja INDF masih akan positif. 

Reza Nugraha, Analis MNC Securities mengatakan, pertumbuhan kinerja INDF melebihi ekspektasi. Tadinya, pendapatan dan laba bersih INDF diprediksi bisa tumbuh 15% hingga akhir tahun. Melihat kinerja ini, Reza merevisi target pertumbuhan INDF hingga tahun 2014. Ia memperkirakan, INDF bisa tumbuh 23%-25% tahun ini.

Yang perlu dicermati, harga komoditas kemungkinan bisa kembali tertekan menjelang akhir tahun. Namun untungnya, berbagai akuisisi yang dilakukan sejak tahun lalu bakal berdampak besar pada tahun ini. "Kontribusi dari bisnis baru INDF akan sangat terasa di tahun ini," kata dia. 

Reza dan Akhmad masih merekomendasikan buy untuk INDF. Reza menaikkan target harga menjadi Rp 8.500. Namun, Akhmad masih belum merevisi target harganya di level Rp 7.200 per saham. Sementara itu, ICBP pun direkomendasikan Buy oleh Akhmad dengan target harga Rp 10.250. Saham INDF naik 0,36% ke level Rp 7.050 pada perdagangan Rabu (30/4). Sementara ICBP stagnan di level Rp 10.000 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×