Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepekan terakhir rupiah cenderung menguat. Meski dari dalam negeri sepi sentimen pendukung, namun tekanan yang melanda dollar AS memberi peluang mata uang Garuda menguat. .
Di pasar spot, Jumat (24/11), nilai tukar rupiah ditutup menguat 0,05% ke level Rp 13.504 per dollar AS. Sementara, sepekan, valuasinya sudah menguat 0,20%.
Sementara, kurs tengah Bank Indonesia menunjukkan, Jumat (24/11), kurs rupiah ditutup melemah 0,02% ke level Rp 13.506 per dollar AS. Namun, dalam sepekan, masih menguat 0,08%.
Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri mengatakan, pergerakan rupiah sepekan kemarin menguat karena pengaruhi sentimen eksternal. Dollar tertekan karena data ritel dan manufaktur Amerika Serikat lebih rendah dari ekspektasi. Data durable goods orders bulan Oktober turun 1,2%, meleset dari ekspektasi pasar yang menduga ada kenaikan 0,4%.
Rupiah juga mengambil keuntungan dari hasil rapat The Federal Open Market Committee (FOMC) pada Kamis lalu. Sebab, pelaku pasar dan anggota The Fed meragukan inflasi AS akan tinggi. "Hasil rapat FOMC memicu pelaku pasar berspekulasi inflasi 2018 dan 2019 masih di bawah 2%," kata Reny, Jumat (24/11).
Tertahannya inflasi di level rendah membuat investor cenderung melakukan aksi jual terhadap dollar AS. Alhasil, the greenback melemah hampir terhadap semua mata uang major currency.
Di sisi lain, sentimen dalam negeri sejatinya masih minim. "Dari domestik mungkin market akan antisipasi data inflasi Indonesia bulan November yang keluar 5 Desember mendatang," kata Reny.
Reny memproyeksikan, pekan depan, rupiah berpotensi menguat terbatas dengan pergerakan cenderung sideways di kisaran Rp 13.490-Rp 13.540 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News