Reporter: Disa Ayulia Agatha | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah tak berkutik mengungguli dollar Amerika Serikat (AS) dalam perdagangan sepekan terakhir. Sembari menanti data pertumbuhan ekonomi AS, rupiah di pasar spot kemarin Jumat (26/10) ditutup dengan pelemahan 0,19% ke Rp 15.217 per dollar AS, sekaligus menjadi penanda penurunan 0,2% dalam sepekan.
Berbeda dengan dengan pasar spot, rupiah justru menguat 0,02% menjadi Rp 15.207 per dollar AS dalam data kurs tengah versi Bank Indonesia (BI). Dalam sepekan, rupiah juga menguat sebesar 0,09%.
Analis Asia Tradepoint Futures Andri Hardianto mengatakan, koreksi rupiah karena adanya ekspektasi dan penantian pasar terhadap GDP Amerika Serikat (AS) kuartal III. Pelaku pasar sedang terfokus terhadap data tersebut.
Di sisi lain, Ekonom PT Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro mengatakan pelemahan rupiah dalam penutupan perdagangan minggu ini masih tergolong technical correction yang normal. “Hal ini dipengaruhi dari sisi supply dan demand karena dari sisi transaksi berjalannya Indonesia masih defisit,” ujar Satria.
Walaupun pergerakannya sedikit melemah, kinerja rupiah dinilai cukup bagus karena Bank Indonesia (BI) menahan BI rate di tengah ekspektasi kenaikan. Selain itu pergerakannya yang stabil juga didorong oleh aset-aset di Indonesia, saham dan obligasi yang masih menarik untuk pasar di tengah terkoreksinya pasar saham global.
Pergerakan stabil rupiah di rentang Rp 15.140-Rp 15.260 selama dua pekan dinilai Andri sebagai efek dari aksi spekulasi pasar yang sudah mereda di tengah sentimen global yang terus berubah.
Pasalnya, dalam pekan ini rupiah mengalami gejolak akibat sentimen yang datang dari zona euro, defisit anggaran Italia, masalah Brexit yang belum tuntas, serta bursa Wall Street yang beberapa kali anjlok. Bertahannya rupiah juga menggambarkan mulai pulihnya kepercayaan pelaku pasar terhadap mata uang rupiah. “Apalagi per 1 November 2018 akan mulai aktif instrumen Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), pelaku pasar sepertinya menahan diri untuk tidak gencar melakukan ekspektasi,” ujar Andri.
Menurutnya, beragam sentimen positif internal dan negatif dari global yang berubah-ubah membuat pergerakan rupiah ke depan masih tergolong stabil. “Yield AS tenor 10 tahun masih bergerak di atas 3%, sehingga menandakan banyak pelaku pasar yang melarikan dananya ke obligasi AS. Juga kebijakan The Fed hingga akhir tahun masih mempengaruhi,” jelas Andri.
Untuk perdagangan Senin (29/10), pergerakan mata uang Garuda dinilai akan bergantung pada hasil data GDP AS sehingga ia memproyeksikan melemah tapi tidak terlalu dalam rentang Rp 15.230-Rp 15.150 per dollar AS.
Sedangkan Satria memprediksikan rupiah berada di Rp 15.180-Rp 15.240 per dollar AS. “Rupiah tetap didukung oleh data-data domestik, terutama earning perusahaan-perusahaan di indeks yang masih sedikit lebih baik dari ekspektasi,” tutup Satria.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News